Saturday 19 March 2016

BAB II Sekripsi Berjudul "PENGARUH KEPRIBADIAN GURU AQIDAH AKHLAK TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA KELAS VII DI MTS MA’ARIF KLEGO TAHUN AJARAN 2010-2011" STAIN PONOROGO

BAB II
KEWIBAWAAN GURU DAN DISIPLIN SISWA
A.      Landasan Teori
1.         Kewibawaan guru   
a.             Pengertian kewibawaan guru
Gezag berasal dari kata zeggen yang berarti “berkata”. Siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan untuk mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan atau gezag terhadap orang lain.[1]
Kewibawaan adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengannya secara sadar dan sukarela menjadi tunduk dan patuh kepadanya.[2] Jadi barang siapa yang memiliki kewibawaan, maka akan dipatuhi secara sadar dengan tidak terpaksa, dengan tidak merasa diharuskan dari luar, dengan penuh kesadaran, keinsyafan, tunduk, patuh, menuruti semua yang dikehendaki oleh pemilik kewibawaan itu.
Guru atau biasa disebut pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dalam mengembangkan potensinya, dan dalam pencapaian tujuan pendidikan baik dalam aspek kognitif, efektif, maupun psikomotorik.[3] Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.[4] 
Dalam lingkungan pendidikan seorang guru yang berwibawa akan disegani dan dihormati oleh siswa di lingkungan sekolah, misalnya seorang murid akan selalu patuh dan tunduk dengan segala perintah guru yang mempunyai kewibawaan.
b.             Macam-macam kewibawaan
Ditinjau dari mana daya mempengaruhi yang ada pada seseorang ini ditimbulkan, maka kewibawaan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kewibawaan lahir dan batin.[5]
1)        Kewibawaan lahir yaitu kewibawaan yang timbul karena kesan-kesan lahiriah seseorang, seperti bentuk tubuh yang tinggi besar, suara yang keras dan jelas, kesemuanya itu termasuk dalam cakupan kewibawaan lahir.
2)        Kewibawaan batin yaitu kewibawaan yang didukung oleh keadaan batin seseorang seperti:
a)        Adanya rasa cinta
Kewibawaan itu dimiliki oleh seseorang apabila hidupnya penuh kecintaan dengan atau kepada orang lain.
b)        Adanya rasa demi kamu
Demi kamu adalah sikap yang dapat dilukiskan sebagai suatu tindakan, perintah atau anjuran-anjuran bukan untuk kepentingan orang yang memerintah, tetapi untuk kepentingan orang yang diperintah, menganjurkan demi orang-orang menerima anjuran, melarang juga demi orang yang dilarang.
c)        Adanya rasa kelebihan batin
Seorang guru yang menguasai bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya, bisa berlaku adil dan obyektif, bijaksana, merupakan contoh-contoh yang dapat menimbulkan kewibawaan batin.
d)       Adanya sikap ketaatan kepada norma
Menunjukkan bahwa dalam tingkah laku guru sebagai pendukung norma yang sungguh-sungguh selalu menepati janji yang pernah dibuat, disiplin dalam hal-hal yang telah digariskan.[6]
c.              Faktor-faktor yang mempengaruhi kewibawaan
Pada dasarnya, faktor-faktor pembentuk kewibawaan ataupun kepribadian seseorang itu bertumpu pada dua faktor, yaitu: faktor internal (dari dalam diri) dan eksternal (dari luar diri). Yang termasuk dalam pengertian faktor internal adalah semua faktor yang terkait dengan diri, kepribadian, batin seseorang, seperti: penyabar, tenang, tidak mudah marah, penyantun, dan berakhlakul karimah. Sedangkan yang termasuk dalam pengertian faktor eksternal adalah semua faktor yang berasal dari luar diri seseorang, seperti: halnya faktor lingkungan, baik lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.
Agar kewibawaan yang dimiliki pendidik itu tidak goyah, tidak melemah, maka hendaknya pendidik itu selalu :
a)        Bersedia memberi alasan: pendidik harus siap dengan alasan ketika melarang ataupun menyuruh peserta didik.
b)        Bersikap demi kamu: pendidik harus selalu menunjukkan sikap demi kamu secara jelas dan dapat dengan mudah diketahui anak.
c)        Bersikap sabar: pendidik harus selalu bersikap sabar, memberi tenggang waktu kepada anak didik untuk mau menerima perintah dan nasihatyang diberikan oleh pendidik
d)       Bersikap memberi kebebasan: pendidik harus memberikan kebebasan bagi siswa dengan pertimbangan anak didik lambat laun akan tumbuh menjadi sosok dewasa, oleh karenanya harus di berikan kebebasan.[7]
d.             Pengaruh kewibawaan pada siswa
Guru yang mempunyai kewibawaan atau gezag akan lebih dipatuhi dan disegani oleh anak didiknya. Segala sesuatu yang diperintahkan atau dinasihatkan ataupun diperingatkan oleh guru tersebut lebih meresap dan lebih mudah serta dengan senang menjalankannya. Dengan kata lain pengaruh yang ditimbulkan oleh guru yang berwibawa lebih dipatuhi oleh anak didiknya.[8]

2.         Disiplin siswa
a.             Pengertian disiplin siswa
Sutari Imam Barnadip, mengemukakan bahwa alat pendidikan adalah tindakan atau perbuatan atau situasi atau benda yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan.[9] Alat disini bukan sesuatu yang bersifat materi saja, akan tetapi mencakup segala hal yang bersifat non materi juga.
Alat-alat pendidikan (segala sesuatu yang dipergunakan untuk mencapai tujuan), adalah sangat penting keberadaannya. Alat-alat tersebut ada yang bersifat lahiriah, seperti kelas, meja, bangku, dan sebagainya. Dan juga bersifat batiniah seperti kurikulum, metode pengajaran, disiplin seperti suruhan, larangan, ganjaran, hukuman dan anjuran.[10]
Disiplin bersal dari bahasa Yunani, disciplus yang artinya murid pengikut guru.[11] Disiplin adalah sejenis perilaku taat atau patuh yang sangat terpuji.[12] Menurut alex S. Nitisemito (1992) yang dimaksud dengan disiplin adalah sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.[13]
Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Peraturan yang dimaksud dapat ditetapkan oleh orang yang bersangkutan maupun berasal dari luar.[14]
Kedisiplinan merupakan salah satu ciri utama ajaran islam. Disiplin adalah ketaatan pada peraturan dan ketentuan, baik terhadap ketentuan kerja, tempat maupun waktu. Dalam sistem administrasi yang diajarkan islam, disiplin merupakan salah satu ciri yang sangat menonjol dan dipesankan secara simbolis dalam berbagai kegiatan ritual. Penanganan administrasi secara disiplin akan menghindarkan dari kelalaian yang dapat mengakibatkan kerugian.[15] 
Disiplin pada hakikatnya adalah suatu ketaatan yang sungguh-sungguh yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas, kewajiban serta berperilaku sebagaimana mestinya menurut aturan-aturan atau tata kelakuan yang seharusnya berlaku di dalam suatu lingkungan tertentu (Amiroeddin Sjarif, 1983: 21).[16]
Disiplin akan lebih efektif dan berhasil secara maksimal jika disosialisasikan kepada anak, dilaksanakan terlebih dahulu oleh orang tuanya serta lingkungannya. Halangan yang paling sering ditemukan dalam meningkatkan disiplin anak adalah lemahnya penerapan peraturan, hambatan itu biasanya justru datang dari orang tua. Kurangnya kesabaran, konsistensi, dan kasih sayang dalam mendidik anak adalah beberapa hal yang sering luput dicermati orang tua dalam mendidik anak dan membuyarkan penerapan disiplin pada anak. Orang tua merupakan cermin yang paling jelas bagi kehidupan anak.
Seorang ahli psikologi anak, Gootman, menegaskan bahwa jika kedisiplinan pada anak itu diterapkan dengan emosi, amarah dan kekerasan, maka yang muncul bukanlah disiplin yang baik, namun disiplin yang terpaksa.[17] 
Yang sering terjadi adalah salah kaprah, menganggap bahwa disiplin itu identik dengan kekerasan. Padahal disiplin yang benar adalah jika disiplin itu diterapkan dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.   
Jadi disiplin sebagai alat pendidikan berarti segala peraturan yang harus ditaati dan dilaksanakan secara sadar agar tercipta suatu keadaan yang tertib dan teratur. Maksudnya tiada lain kecuali untuk perbaikan anak didik itu sendiri.
b.             Cara-cara menanamkan disiplin
Disiplin merupakan menaati peraturan yang mengatur kewajiban, larangan, dan sanksi.[18] Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang dilakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa.
Kewajiban menaati tata tertib sekolah adalah hal yang penting sebab merupakan bagian dari sistem persekolahan dan bukan sekedar sebagai kelengkapan sekolah. Pada dasarnya tata tertib untuk murid adalah sebagai berikut:[19]
1.      Tugas dan kewajiban dalam kegiatan intra sekolah
a)        Murid harus datang di sekolah sebelum pelajaran dimulai
b)        Murid harus sudah siap menerima pelajaran sesuai dengan jadwal sebelum pelajaran itu dimulai
c)        Murid tidak dibenarkan tinggal di dalam kelas pada saat jam istirahat kecuali jika keadaan tidak mengizinkan
d)       Murid boleh pulang jika pelajaran telah selesai
e)        Murid wajib menjaga kebersihan dan keindahan sekolah
f)         Murid wajib berpakaian sesuai dengan yang ditetapkan oleh sekolah
g)        Murid harus juga memperhatikan kegiatan ekstra kurikuler
2.      Larangan-larangan yang harus diperhatikan
a)        Meningkatkan sekolah/jam pelajaran tanpa izin dari kepala sekolah atau guru yan bersangkutan
b)        Merokok disekolah
c)        Berpakaian tidak senonoh atau bersolek yang berlebihan
d)       Kegiatan yang mengganggu jalannya pelajaran
3.      Sanksi bagi murid berupa
a)        Peringatan lisan secara langsung
b)        Peringatan tertulis dengan tembusan oran tua
c)        Dikeluarkan sementara
d)       Dikeluarkan dari sekolah    
Kiat-kiat yang dapat dilakukan agar mereka memiliki kedisiplinan, yaitu:
a)        Mengarahkan tujuan hidup
b)        Melatih kebiasaan positif
c)        Memberikan contoh dan keteladanan
d)       Menerapkan aturan yang tegas
e)        Melibatkan mereka untuk menilai suatu aturan
f)         Memerintah anak sesuai dengan kemampuan anak itu adalah wajib, sebab jika ia memerintahkan anak untuk mengerjakan sesuatu melebihi batas kemampuannya itu termasuk tindakan zalim yang dilarang agama. Karena Allah SWT saja tidak pernah membebani hambanya diluar batas kemampuannya.[20]
c.              Macam-macam disiplin
Mengenai macamnya para ahli pendidikan membagi disiplin menjadi dua bagian, yaitu: disiplin preventif seperti perintah dan larangan dan disiplin kuratif seperti pemberian ganjaran dan hukuman.[21]
a)        Perintah
Perintah adalah suatu keharusan untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Perintah bukan hanya yang apa keluar dari mulut seseorang yang harus dikerjakan oleh orang lain, tetapi termasuk pula anjuran untuk melakukan pembiasaan atau peraturan-peraturan umum yang harus ditaati oleh peserta didik.[22] 
Perintah tidak hanya berupa ucapan lisan, tetapi juga aturan tertulis yang termuat dalam tata tertib untuk mengatur segala kehidupan yang berlangsung di suatu sekolah. Peraturan mempunyai 2 fungsi yang sangat penting dalam membantu anak menjadi makhluk yang bermoral dan disiplin, yaitu:
1)      Peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada mereka untuk berperilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut
2)      Peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan 
b)        Larangan
Larangan biasanya diberikan jika peserta didik melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya. Larangan merupakan suatu keharusan untuk tidak melakukan sesuatu yang merugikan.[23] Larangan juga termuat dalam tata tertib sekolah.
Hendaknya larangan tidak terlalu sering diberikan kepada peserta didik / anak. Sebab hal tersebut dapat menghambat perkembangan emosi dan intelektualnya. Larangan yang terlalu sering dilakukan akan mengakibatkan sifat atau sikap yang kurang baik, seperti keras kepala atau melawan, pemalu dan penakut, perasaan kurang harga diri, kurang mempunyai rasa tangguang jawab, pemurung atau pesimis, acuh tak acuh terhadap sesuatu (apatis), dan sebagainya.
c)        Hukuman
Hukuman adalah suatu penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seorang (guru, orang tua, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu peanggaran, kejahatan, atau kesalahan.[24]
Pemberian hukuman hendaknya tidak secara sembarangan. Hukuman yang diberikan harus mengandung makna yang edukatif, misalnya yang terlambat masuk sekolah diberikan tugas untuk membersihkan halaman sekolah, yang tidak masuk kuliah diberi sanksi membuat paper.[25] Bisa juga siswa yang terlambat dipersilahkan belajar sendiri di perpustakaan.
Jadi hukuman ini diberikan ketika seseorang melakukan kesalahan agar dia tidak mengulangi perbuatannya. Namun pemberian hukuman hendaknya yang mengandung nilai-nilai edukatif.
d)       Ganjaran
Maksud ganjaran dalam konteks ini adalah memberikan sesuatu yang menyenangkan (penghargaaan) dan dijadikan sebagai hadiah bagi peserta didik yang berprestasi, baik dalam belajar maupun sikap perilaku.[26] Penghargaan tidak perlu berbentuk materi tetapi berupa kata-kata, pujian, senyuman, atau tepukan di punggung sudah cukup. Hal ini berfungsi agar mereka lebih termotivasi dan bersemangat untuk menjadi lebih baik lagi.
d.             Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin
Tumbuhnya kesadaran terhadap peraturan dipengaruhi oleh tiga faktor:
a)        Faktor internal control
Yang dimaksud dengan internal control adalah pengendalian diri yang timbul dari dalam dirinya sendiri seperti adanya kesadaran untuk menghayati, mengetahui arti pentingnya akan menumbuhkan sikap positif terhadap peraturan. Kontrol internal merupakan kontrol diri yang digunakanuntuk mengarahkan perilakunya.[27] Maka disiplin akan terlaksana dengan baik.
Menurut pendapatnya Grageiy, Savage dan Duval dalam bukunya M. Shachib kontrol internal merupakan kontrol diri yang digunakan untuk mengarahkan perilakunya.
b)        Faktor external control
Yang dimaksud dengan external control adalah pengendalian diri yang timbul dari luar misalnya dari orang dewasa yang mempunyai wewenang. Dari mereka diharapkan memberikan dorongan untuk meningkatkan kedisiplinan terhadap peraturan.[28]
c)        Faktor cooperaative control
Suatu pengendalian diri mereka yang timbul karena adanya kerjasama. Suatu peraturan yang baik akan tercipta dengan baik pula apabila ada kerjasama dalam melaksanakannya.
e.              Disiplin dalam belajar
Jenis disiplin yang selama usia sekolah dan sebelumnya diperoleh adalah disiplin waktu, disiplin lalu lintas, disiplin belajar sesuai waktu yang ditentukan dan disiplin lain berkenaan dengan berbagai aspek dan tata krama kehidupan.[29]
Disiplin belajar sebenarnya suatu bentuk kesadaran diri untuk mengendalikan dirinya. Dalam hal ini, disiplin belajar berfungsi sebagai pengendali diri yang berada pada diri orang tersebut sehingga belajar akan penuh kesadaran, tanpa paksaan dan penuh suka cita/bersyukur. Spesifikya yaitu orang yang berdisiplin belajar akan belajar tanpa paksaan dan sadar untuk belajar dan belajar.

B.       Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
1.         Skripsi milik Mohamad Abu Toyib tahun 2010 dengan judul “STUDI KORELASI KEWIBAWAAN GURU TERHADAP PERILAKU SISWA MA PUTRA MA’ARIF PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2010-2011 (Studi Kasus Terhadap Guru Mata Pelajaran Aswaja)
Dengan hasil penelitian sebagai berikut: (a) Guru MA Putra Ma’arif mempunyai kewibawaan cukup menurut pendapat 19 siswa (76%) dari seluruh jumlah siswa (b) Perilaku siswa MA Putra Ma’arif Ponorogo adalah dalam kategori cukup, menurut pendapat 16 siswa (64%) dari seluruh jumlah siswa (c) Ada korelasi positif yang signifikan antara kewibawaan guru dengan perilaku siswa MA Putra Ma’arif Ponorogo Tahun Pelajaran 2010-2011. Hubungan/ korelasinya positif berarti hubungannya bersifat searah, maksudnya semakin baik kewibawaan yang dimiliki oleh guru maka perilaku yang dimiliki oleh siswa juga akan semakin baik, begitu  sebaliknya. 

2.    Skripsi milik Farid Baroroh tahun 2002 dengan judul “KORELASI ANTARA KEDISIPLINAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA MA PUTRI MA’ARIF PONOROGO TAHUN 2000-2001”
Dengan hasil penelitian sebagai berikut: (a) Pelaksanaaan kedisiplinan siswa MA Putri Ma’arif Ponorogo adalah sedang. Hal ini terbukti pada hasil kedisiplinan siswa, yaitu sejumlah 17% siswa termasuk dalam kategori baik, 56% siswa termasuk kateori cukup, 27% yang termasuk kurang
a.    Prestasi belajar siswa MA Putri Ma’arif Ponorogo adalah sedang. Hal ini terbukti pada hasil prestasi belajar siswa, yaitu sejumlah 13% siswa termasuk dalam kategori baik, 67% siswa termasuk kateori sedang, 27% yang termasuk kurang
b.    Terdapat korelasi yang lemah atau rendah antara kedisiplinan siswa dengan prestasi belajar siswa MA Putri Ma’arif Ponorogo tahun ajaran 2000-2001

C.      Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori dan telaah pustaka di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah
1.         Jika kewibawaan guru di madrasah tinggi, maka disiplin siswa di madrasah akan baik
2.         Jika kewibawaan guru di madrasah rendah, maka disiplin siswa di madrasah akan kurang baik
D.      Pengajuan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah pendidikan yang secara teoritis dianggap paling tinggi dan paling memungkinkan tingkat kebenarannya. Berdasarkan kerangka berpikir diatas maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1.        Ho : tidak ada korelasi positif  yang signifikan antara kewibawaan guru    dengan disiplin siswa MA Al-Ishlah Bungkal Ponorogo tahun pelajaran 2012/ 2013
2.        Ha : ada korelasi positif yang signifikan antara kewibawaan guru dengan disiplin siswa MA Al-Ishlah Bungkal Ponorogo tahun pelajaran 2012/ 2013




[1] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), 48
[2] Uyoh Sadulloh dkk, Pedagogik (Ilmu Mendidik)..., 166
[3] Ramayulis, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2006), 56
[4] H. Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 23
[5] Abdullah Munir, Super Teacher..., 9
[6] Uyoh Sadulloh dkk, Pedagogik (Ilmu Mendidik)..., 171
[7] Ibid,. 173
[8] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktik.., 48
[9] Ramayulis, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam  Mulia, 2010), 251
[10] Basuki, M. Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Ponorogo: STAIN Po Press, 2007), 142-143
[11] Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar  (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), 174
[12]  Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius (Jakarta: Paramadina, 2000), 61
[13] Ahmad Tohari, Pemahaan Praktis MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (Bandung: Mandar Maju, 2002), 393
[14] Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusia (Jakarta:
[15] Ali Anwar Yusuf, Islam Dan Sains Modern (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), 154
[16] M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban 
[17] Imam Ahmad Ibnu Nizar, Membentuk & Meningkatkan Disiplin Anak Sejak Dini (Jogjakarta: DIVA Press, 2009), 23-24
[18] Daryanto, Administrasi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), 51
[19] B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), 82
[20] Abdul Mustaqim, Solusi Kreatif Menangani Berbagai Masalah Pada Anak, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2005), 134
[21] Basuki, M. Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan..., 143
[22] Ramayulis, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam..., 253
[23] Ibid,. 254
[24] Mukhlison Effendi, Ilmu Pendidikan, (Ponorogo: STAIN Po Press, 2008), 33
[25] Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2008), 206
[26] Ramayulis, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam..., 254
[27] Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua..., 22
[28] Ibid,.
[29] Conny Semiawan, Pendidikan Keluarga Dalam Era Global...., 93

No comments:

Post a Comment