BAB
II
KEWIBAWAAN
GURU DAN DISIPLIN SISWA
A. Landasan Teori
1.
Kewibawaan guru
a.
Pengertian
kewibawaan guru
Gezag berasal dari kata zeggen
yang berarti “berkata”. Siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan untuk
mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan atau gezag
terhadap orang lain.[1]
Kewibawaan adalah suatu daya
mempengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan
dengannya secara sadar dan sukarela menjadi tunduk dan patuh kepadanya.[2]
Jadi barang siapa yang memiliki kewibawaan, maka akan dipatuhi secara sadar
dengan tidak terpaksa, dengan tidak merasa diharuskan dari luar, dengan penuh
kesadaran, keinsyafan, tunduk, patuh, menuruti semua yang dikehendaki oleh
pemilik kewibawaan itu.
Guru atau biasa
disebut pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
peserta didik dalam mengembangkan potensinya, dan dalam pencapaian tujuan pendidikan
baik dalam aspek kognitif, efektif, maupun psikomotorik.[3]
Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang
mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.[4]
Dalam lingkungan pendidikan seorang guru yang
berwibawa akan disegani dan dihormati oleh siswa di lingkungan sekolah,
misalnya seorang murid akan selalu patuh dan tunduk dengan segala perintah guru
yang mempunyai kewibawaan.
b.
Macam-macam
kewibawaan
Ditinjau dari mana daya mempengaruhi yang ada pada seseorang ini
ditimbulkan, maka kewibawaan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kewibawaan lahir dan batin.[5]
1)
Kewibawaan
lahir yaitu kewibawaan yang timbul karena kesan-kesan lahiriah seseorang,
seperti bentuk tubuh yang tinggi besar, suara yang keras dan jelas, kesemuanya
itu termasuk dalam cakupan kewibawaan lahir.
2)
Kewibawaan batin
yaitu kewibawaan yang didukung oleh keadaan batin seseorang seperti:
a)
Adanya rasa
cinta
Kewibawaan itu dimiliki oleh seseorang apabila hidupnya penuh kecintaan
dengan atau kepada orang lain.
b)
Adanya rasa
demi kamu
Demi kamu adalah sikap yang dapat dilukiskan sebagai suatu tindakan,
perintah atau anjuran-anjuran bukan untuk kepentingan orang yang memerintah,
tetapi untuk kepentingan orang yang diperintah, menganjurkan demi orang-orang
menerima anjuran, melarang juga demi orang yang dilarang.
c)
Adanya rasa kelebihan
batin
Seorang guru yang menguasai bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya,
bisa berlaku adil dan obyektif, bijaksana, merupakan contoh-contoh yang dapat
menimbulkan kewibawaan batin.
d)
Adanya sikap
ketaatan kepada norma
Menunjukkan bahwa dalam tingkah laku guru sebagai pendukung norma yang
sungguh-sungguh selalu menepati janji yang pernah dibuat, disiplin dalam hal-hal
yang telah digariskan.[6]
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kewibawaan
Pada dasarnya, faktor-faktor pembentuk
kewibawaan ataupun kepribadian seseorang itu bertumpu pada dua faktor, yaitu:
faktor internal (dari dalam diri) dan eksternal (dari luar diri). Yang termasuk
dalam pengertian faktor internal adalah semua faktor yang terkait dengan diri,
kepribadian, batin seseorang, seperti: penyabar, tenang, tidak mudah marah,
penyantun, dan berakhlakul karimah. Sedangkan yang termasuk dalam
pengertian faktor eksternal adalah semua faktor yang berasal dari luar diri
seseorang, seperti: halnya faktor lingkungan, baik lingkungan sekolah,
keluarga, maupun masyarakat.
Agar kewibawaan yang dimiliki pendidik itu tidak goyah, tidak melemah, maka
hendaknya pendidik itu selalu :
a)
Bersedia
memberi alasan: pendidik harus siap dengan alasan ketika melarang ataupun
menyuruh peserta didik.
b)
Bersikap demi
kamu: pendidik harus selalu menunjukkan sikap demi kamu secara jelas dan dapat
dengan mudah diketahui anak.
c)
Bersikap sabar:
pendidik harus selalu bersikap sabar, memberi tenggang waktu kepada anak didik
untuk mau menerima perintah dan nasihatyang diberikan oleh pendidik
d)
Bersikap memberi
kebebasan: pendidik harus memberikan kebebasan bagi siswa dengan pertimbangan
anak didik lambat laun akan tumbuh menjadi sosok dewasa, oleh karenanya harus
di berikan kebebasan.[7]
d.
Pengaruh kewibawaan pada siswa
Guru yang mempunyai
kewibawaan atau gezag akan lebih dipatuhi dan disegani oleh anak
didiknya. Segala sesuatu yang diperintahkan atau dinasihatkan ataupun
diperingatkan oleh guru tersebut lebih meresap dan lebih mudah serta dengan
senang menjalankannya. Dengan kata lain pengaruh yang ditimbulkan oleh guru
yang berwibawa lebih dipatuhi oleh anak didiknya.[8]
2.
Disiplin siswa
a.
Pengertian disiplin siswa
Sutari Imam Barnadip,
mengemukakan bahwa alat pendidikan adalah tindakan atau perbuatan atau situasi
atau benda yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan.[9]
Alat disini bukan sesuatu yang bersifat materi saja, akan tetapi mencakup
segala hal yang bersifat non materi juga.
Alat-alat pendidikan (segala
sesuatu yang dipergunakan untuk mencapai tujuan), adalah sangat penting keberadaannya.
Alat-alat tersebut ada yang bersifat lahiriah, seperti kelas, meja, bangku, dan
sebagainya. Dan juga bersifat batiniah seperti kurikulum, metode pengajaran,
disiplin seperti suruhan, larangan, ganjaran, hukuman dan anjuran.[10]
Disiplin bersal dari bahasa
Yunani, disciplus yang artinya murid pengikut guru.[11]
Disiplin adalah sejenis perilaku taat atau patuh yang sangat terpuji.[12]
Menurut alex S. Nitisemito (1992) yang dimaksud dengan disiplin adalah sikap,
tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis.[13]
Disiplin merupakan sesuatu yang
berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan.
Peraturan yang dimaksud dapat ditetapkan oleh orang yang bersangkutan maupun
berasal dari luar.[14]
Kedisiplinan merupakan salah
satu ciri utama ajaran islam. Disiplin adalah ketaatan pada peraturan dan
ketentuan, baik terhadap ketentuan kerja, tempat maupun waktu. Dalam sistem
administrasi yang diajarkan islam, disiplin merupakan salah satu ciri yang
sangat menonjol dan dipesankan secara simbolis dalam berbagai kegiatan ritual.
Penanganan administrasi secara disiplin akan menghindarkan dari kelalaian yang
dapat mengakibatkan kerugian.[15]
Disiplin pada hakikatnya adalah
suatu ketaatan yang sungguh-sungguh yang didukung oleh kesadaran untuk
menunaikan tugas, kewajiban serta berperilaku sebagaimana mestinya menurut
aturan-aturan atau tata kelakuan yang seharusnya berlaku di dalam suatu
lingkungan tertentu (Amiroeddin Sjarif, 1983: 21).[16]
Disiplin akan lebih efektif dan
berhasil secara maksimal jika disosialisasikan kepada anak, dilaksanakan
terlebih dahulu oleh orang tuanya serta lingkungannya. Halangan yang paling
sering ditemukan dalam meningkatkan disiplin anak adalah lemahnya penerapan
peraturan, hambatan itu biasanya justru datang dari orang tua. Kurangnya
kesabaran, konsistensi, dan kasih sayang dalam mendidik anak adalah beberapa
hal yang sering luput dicermati orang tua dalam mendidik anak dan membuyarkan
penerapan disiplin pada anak. Orang tua merupakan cermin yang paling jelas bagi
kehidupan anak.
Seorang ahli psikologi anak, Gootman,
menegaskan bahwa jika kedisiplinan pada anak itu diterapkan dengan emosi,
amarah dan kekerasan, maka yang muncul bukanlah disiplin yang baik, namun
disiplin yang terpaksa.[17]
Yang sering terjadi adalah
salah kaprah, menganggap bahwa disiplin itu identik dengan kekerasan. Padahal
disiplin yang benar adalah jika disiplin itu diterapkan dengan penuh kesabaran
dan kasih sayang.
Jadi disiplin sebagai alat
pendidikan berarti segala peraturan yang harus ditaati dan dilaksanakan secara
sadar agar tercipta suatu keadaan yang tertib dan teratur. Maksudnya tiada lain
kecuali untuk perbaikan anak didik itu sendiri.
b.
Cara-cara menanamkan disiplin
Disiplin merupakan menaati
peraturan yang mengatur kewajiban, larangan, dan sanksi.[18]
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari
berbagai peraturan dan tata tertib yang dilakukan di sekolahnya, dan setiap
siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib
yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai
aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin
siswa.
Kewajiban menaati tata tertib
sekolah adalah hal yang penting sebab merupakan bagian dari sistem persekolahan
dan bukan sekedar sebagai kelengkapan sekolah. Pada dasarnya tata tertib untuk
murid adalah sebagai berikut:[19]
1.
Tugas dan kewajiban dalam kegiatan intra sekolah
a)
Murid harus datang di sekolah sebelum pelajaran
dimulai
b)
Murid harus sudah siap menerima pelajaran sesuai
dengan jadwal sebelum pelajaran itu dimulai
c)
Murid tidak dibenarkan tinggal di dalam kelas pada
saat jam istirahat kecuali jika keadaan tidak mengizinkan
d)
Murid boleh pulang jika pelajaran telah selesai
e)
Murid wajib menjaga kebersihan dan keindahan sekolah
f)
Murid wajib berpakaian sesuai dengan yang ditetapkan
oleh sekolah
g)
Murid harus juga memperhatikan kegiatan ekstra
kurikuler
2.
Larangan-larangan yang harus diperhatikan
a)
Meningkatkan sekolah/jam pelajaran tanpa izin dari
kepala sekolah atau guru yan bersangkutan
b)
Merokok disekolah
c)
Berpakaian tidak senonoh atau bersolek yang
berlebihan
d)
Kegiatan yang mengganggu jalannya pelajaran
3.
Sanksi bagi murid berupa
a)
Peringatan lisan secara langsung
b)
Peringatan tertulis dengan tembusan oran tua
c)
Dikeluarkan sementara
d)
Dikeluarkan dari sekolah
Kiat-kiat yang dapat dilakukan
agar mereka memiliki kedisiplinan, yaitu:
a)
Mengarahkan tujuan hidup
b)
Melatih kebiasaan positif
c)
Memberikan contoh dan keteladanan
d)
Menerapkan aturan yang tegas
e)
Melibatkan mereka untuk menilai suatu aturan
f)
Memerintah anak sesuai dengan kemampuan anak itu
adalah wajib, sebab jika ia memerintahkan anak untuk mengerjakan sesuatu
melebihi batas kemampuannya itu termasuk tindakan zalim yang dilarang
agama. Karena Allah SWT saja tidak pernah membebani hambanya diluar batas
kemampuannya.[20]
c.
Macam-macam disiplin
Mengenai macamnya para ahli
pendidikan membagi disiplin menjadi dua bagian, yaitu: disiplin preventif
seperti perintah dan larangan dan disiplin kuratif seperti pemberian ganjaran
dan hukuman.[21]
a)
Perintah
Perintah adalah suatu keharusan
untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Perintah bukan hanya yang apa keluar dari
mulut seseorang yang harus dikerjakan oleh orang lain, tetapi termasuk pula
anjuran untuk melakukan pembiasaan atau peraturan-peraturan umum yang harus
ditaati oleh peserta didik.[22]
Perintah tidak hanya berupa
ucapan lisan, tetapi juga aturan tertulis yang termuat dalam tata tertib untuk
mengatur segala kehidupan yang berlangsung di suatu sekolah. Peraturan
mempunyai 2 fungsi yang sangat penting dalam membantu anak menjadi makhluk yang
bermoral dan disiplin, yaitu:
1)
Peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab
peraturan memperkenalkan pada mereka untuk berperilaku yang disetujui anggota
kelompok tersebut
2)
Peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak
diinginkan
b)
Larangan
Larangan biasanya diberikan
jika peserta didik melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya. Larangan
merupakan suatu keharusan untuk tidak melakukan sesuatu yang merugikan.[23]
Larangan juga termuat dalam tata tertib sekolah.
Hendaknya larangan tidak
terlalu sering diberikan kepada peserta didik / anak. Sebab hal tersebut dapat
menghambat perkembangan emosi dan intelektualnya. Larangan yang terlalu sering
dilakukan akan mengakibatkan sifat atau sikap yang kurang baik, seperti keras
kepala atau melawan, pemalu dan penakut, perasaan kurang harga diri, kurang
mempunyai rasa tangguang jawab, pemurung atau pesimis, acuh tak acuh terhadap
sesuatu (apatis), dan sebagainya.
c)
Hukuman
Hukuman adalah suatu
penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seorang (guru,
orang tua, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu peanggaran, kejahatan, atau
kesalahan.[24]
Pemberian hukuman hendaknya
tidak secara sembarangan. Hukuman yang diberikan harus mengandung makna yang
edukatif, misalnya yang terlambat masuk sekolah diberikan tugas untuk
membersihkan halaman sekolah, yang tidak masuk kuliah diberi sanksi membuat
paper.[25]
Bisa juga siswa yang terlambat dipersilahkan belajar sendiri di perpustakaan.
Jadi hukuman ini diberikan
ketika seseorang melakukan kesalahan agar dia tidak mengulangi perbuatannya.
Namun pemberian hukuman hendaknya yang mengandung nilai-nilai edukatif.
d)
Ganjaran
Maksud ganjaran dalam konteks
ini adalah memberikan sesuatu yang menyenangkan (penghargaaan) dan dijadikan
sebagai hadiah bagi peserta didik yang berprestasi, baik dalam belajar maupun
sikap perilaku.[26] Penghargaan tidak perlu
berbentuk materi tetapi berupa kata-kata, pujian, senyuman, atau tepukan di
punggung sudah cukup. Hal ini berfungsi agar mereka lebih termotivasi dan
bersemangat untuk menjadi lebih baik lagi.
d.
Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin
Tumbuhnya kesadaran terhadap
peraturan dipengaruhi oleh tiga faktor:
a)
Faktor internal control
Yang dimaksud dengan internal
control adalah pengendalian diri yang timbul dari dalam dirinya sendiri
seperti adanya kesadaran untuk menghayati, mengetahui arti pentingnya akan
menumbuhkan sikap positif terhadap peraturan. Kontrol internal merupakan
kontrol diri yang digunakanuntuk mengarahkan perilakunya.[27]
Maka disiplin akan terlaksana dengan baik.
Menurut pendapatnya Grageiy,
Savage dan Duval dalam bukunya M. Shachib kontrol internal merupakan kontrol
diri yang digunakan untuk mengarahkan perilakunya.
b)
Faktor external control
Yang dimaksud dengan external
control adalah pengendalian diri yang timbul dari luar misalnya dari orang
dewasa yang mempunyai wewenang. Dari mereka diharapkan memberikan dorongan
untuk meningkatkan kedisiplinan terhadap peraturan.[28]
c)
Faktor cooperaative control
Suatu pengendalian diri mereka
yang timbul karena adanya kerjasama. Suatu peraturan yang baik akan tercipta
dengan baik pula apabila ada kerjasama dalam melaksanakannya.
e.
Disiplin dalam belajar
Jenis disiplin yang selama usia
sekolah dan sebelumnya diperoleh adalah disiplin waktu, disiplin lalu lintas,
disiplin belajar sesuai waktu yang ditentukan dan disiplin lain berkenaan
dengan berbagai aspek dan tata krama kehidupan.[29]
Disiplin belajar sebenarnya suatu bentuk
kesadaran diri untuk mengendalikan dirinya. Dalam
hal ini, disiplin belajar berfungsi sebagai pengendali diri yang berada pada
diri orang tersebut sehingga belajar akan penuh kesadaran, tanpa paksaan dan
penuh suka cita/bersyukur. Spesifikya yaitu orang yang berdisiplin belajar
akan belajar tanpa paksaan dan sadar untuk belajar dan belajar.
B. Telaah Hasil
Penelitian Terdahulu
1.
Skripsi milik Mohamad Abu
Toyib
tahun 2010
dengan judul “STUDI KORELASI KEWIBAWAAN GURU TERHADAP PERILAKU SISWA MA PUTRA MA’ARIF
PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2010-2011 (Studi Kasus Terhadap Guru Mata Pelajaran
Aswaja)
Dengan
hasil penelitian sebagai berikut:
(a) Guru MA Putra
Ma’arif mempunyai kewibawaan cukup menurut pendapat 19 siswa (76%) dari seluruh
jumlah siswa (b) Perilaku siswa MA Putra Ma’arif Ponorogo adalah dalam kategori
cukup, menurut pendapat 16 siswa (64%) dari seluruh jumlah siswa (c) Ada
korelasi positif yang signifikan antara kewibawaan guru dengan perilaku siswa MA
Putra Ma’arif Ponorogo Tahun Pelajaran 2010-2011. Hubungan/ korelasinya positif
berarti hubungannya bersifat searah, maksudnya semakin baik kewibawaan yang
dimiliki oleh guru maka perilaku yang dimiliki oleh siswa juga akan semakin
baik, begitu sebaliknya.
2.
Skripsi
milik Farid Baroroh tahun 2002 dengan judul “KORELASI ANTARA
KEDISIPLINAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA MA PUTRI MA’ARIF PONOROGO TAHUN
2000-2001”
Dengan hasil penelitian sebagai berikut: (a) Pelaksanaaan
kedisiplinan siswa MA Putri
Ma’arif Ponorogo adalah sedang. Hal ini terbukti pada hasil kedisiplinan siswa,
yaitu sejumlah 17% siswa termasuk dalam kategori baik, 56% siswa termasuk
kateori cukup, 27% yang termasuk kurang
a.
Prestasi belajar siswa MA Putri Ma’arif Ponorogo adalah sedang. Hal ini terbukti pada hasil prestasi belajar siswa, yaitu sejumlah 13% siswa termasuk dalam kategori baik, 67% siswa
termasuk kateori sedang, 27% yang termasuk kurang
b.
Terdapat korelasi yang lemah atau rendah antara
kedisiplinan siswa dengan prestasi belajar siswa MA Putri Ma’arif Ponorogo tahun ajaran 2000-2001
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan
landasan teori dan telaah pustaka di
atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah
1.
Jika kewibawaan guru di madrasah
tinggi, maka
disiplin siswa di madrasah akan baik
2.
Jika kewibawaan guru di madrasah
rendah, maka
disiplin siswa di madrasah akan kurang baik
D. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap masalah pendidikan yang secara teoritis
dianggap paling tinggi dan paling memungkinkan tingkat kebenarannya. Berdasarkan
kerangka berpikir diatas maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah
sebagai berikut:
1.
Ho :
tidak ada korelasi positif yang
signifikan antara kewibawaan guru dengan
disiplin siswa MA
Al-Ishlah Bungkal Ponorogo tahun pelajaran 2012/ 2013
2.
Ha :
ada korelasi positif yang signifikan antara kewibawaan guru dengan disiplin
siswa MA Al-Ishlah Bungkal Ponorogo tahun
pelajaran 2012/ 2013
[1] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2009), 48
[6]
Uyoh Sadulloh dkk, Pedagogik (Ilmu Mendidik)...,
171
[12] Nurcholish Madjid, Masyarakat
Religius (Jakarta: Paramadina, 2000), 61
[13] Ahmad Tohari, Pemahaan Praktis MANAJEMEN SUMBER DAYA
MANUSIA (Bandung: Mandar Maju, 2002), 393
[14]
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara
Manusia (Jakarta:
[15] Ali Anwar Yusuf, Islam Dan Sains Modern (Bandung: CV Pustaka Setia,
2006), 154
[17] Imam Ahmad Ibnu Nizar, Membentuk & Meningkatkan Disiplin Anak Sejak
Dini (Jogjakarta: DIVA Press, 2009), 23-24
[20] Abdul Mustaqim, Solusi Kreatif Menangani Berbagai Masalah Pada Anak,
(Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2005), 134
[24]
Mukhlison Effendi, Ilmu Pendidikan, (Ponorogo: STAIN
Po Press, 2008), 33
[27]
Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua..., 22
No comments:
Post a Comment