CONTOH SKRIPSI BAB II STAI MADIUN
PENGARUH
TAYANGAN TELEVISI TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK-ANAK DI DESA BUKUR
RT.13 RW. 04 KECAMATAN JIWAN KABUPATEN
MADIUN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
CONTOH BAB II SKRIPSI STAI MADIUN
BAB II
LANDASAN
TEORI
A. Pengertian Pengaruh
Pengertian
Pengaruh menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah daya yang ada atau timbul
dari sesuatu baik orang atau benda yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau
perbuatan seseorang .[9]
Pengaruh juga
bisa diartikan sebagai suatu daya yang menyebabkan sesuatu yang terjadi,
sesuatu yang membentuk atau mengubah sesuatu yang lain, dan tunduk atau
mengikuti karena kuasa atau kekuatan orang lain .[10]
Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya yang
dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. Sehingga, dalam penelitian ini
penulis meneliti mengenai pengaruh yang ada dalam tayangan televisi terhadap
prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Pada Anak-anak
Di Desa Bukur Rt. 13 Rw. 04 Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun.
Tayangan
televisi berpengaruh terhadap perkembangan perilaku anak tergantung dari
penyesuaian anak. Anak yang penyesuaiannya baik kurang kemungkinannya
terpengaruh secara negatif, apakah temporer atau permanen dibandingkan dengan
anak yang buruk penyesuaiannya, dan anak yang sehat dibandingkan dengan anak
yang tidak sehat.
Pengaruh akan
timbul dimana seseorang berada. Bertempat tinggal di desa sumber pengaruh
utamanya dari tetangga di desanya. Hidup di kota pengaruhnya juga sangat luar
biasa. Contohnya, bergaya hidup mewah, kurang tanggap terhadap keadaan orang
lain, minimnya kerukunan dan lain sebagainya. Sedangkan pengaruh anak di
sekolah tergantung pada teman sebangkunya, teman sekelasnya, juga pribadi dari
kepala sekolah dan gurunya.
Anak yang
dibesarkan di lingkungan desa, kemungkinan besar masih memiliki jiwa
tolong-menolong, sopan santun serta mau bekerja keras. Hal itu karena pengaruh
yang kuat dari didikan orang tua. Terkadang orang tua cemas memikirkan anaknya
yang lulus dari Sekolah Menegah Pertama (SMP) melanjutkan ke Sekolah Menengah
Akhir (SMA), yang mana pengaruhnya sangat besar terhadap anaknya. Yang dimaksud
disini adalah pengaruh pergaulannya. Misalnya, anak yang dulunya lugu atau
polos setelah memasuki dunia SMP berubah menjadi sok gaul, metal, dan tak
jarang kadang sudah mulai merokok. Serta menjadi anak yang sulit untuk diatur
oleh orang tuanya.
Pendidikan
anak di sekolah sebaiknya mendapatkan bimbingan dari gurunya. Karena tidak
menutup kemungkinan anak mendapat pengaruh yang besar dari berbagai pihak.
Sehingga dapat menganggu proses belajarnya. Pengaruh tersebut muncul dari
berbagai aspek. Diantaranya pengaruh tetangga atau lingkungan tempat tinggal,
pengaruh teman, pengaruh orang tua dan bisa juga pengaruh dari menonton
televisi.
Pengaruh
menonton televisi ada yang positif ada juga yang negatif. Yang positif antara
lain, kita dapat melihat siaran perkembangan kemajuan bangsa lain, ilmu
pengatahuan dan teknologi, berita teraktual (bencana, politik, kematian dll.)
serta kebudayaan dari berbagai suku di Indonesia. Sedangkan pengaruh negatif
bisa kita lihat bersama, anak yang menonton televisi berjam-jam seakan
melupakan kegiatan pribadinya seperti mandi, shalat, bahkan makan juga
dilupakannya. Anak akan menjadi malas belajar karena kepuasan telah didapat
dari melihat televisi.
Pada media masa televisi
ini komunikasinya hanya satu arah, sehingga khalayak penonton menjadi pasif,
artinya penonton tidak bisa memberikan tanggapan-tanggapan secara langsung.
Karena itu tidak mengherankan kalau ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa
televisi sebagai media masa yang mendorong orang untuk bermalas-malasan. Bahkan
cenderung berpengaruh negatif terhadap tingkah laku dan sikap seseorang.[11]
Sebetulnya
sebagai pembawa pesan bersifat “netral”. Artinya dapat berpengaruh positif
ataupun negatif. Terjadinya pengaruh positif maupun negatif terhadap khalayak
penonton, khususnya anak-anak, bukan bersumber kepada medianya melainkan
bagaimana memanfaatkan media tersebut. Dengan demikian peran orang tua sangat
dominan terhadap adanya pengaruh positif maupun negatif terhadap anak-anak
tersebut.
Sebagaimana
telah diungkapkan oleh Patricia Marks Greenfield dalam bukunya Mind and
Media, yang telah dialih bahasakan oleh Sugeng P, dalam buku Pengaruh
Televisi, Video Game dan Komputer terhadap Pendidikan Anak dikutip oleh
Drs. Darwanto, S.S bahwa:
Menonton
televisi dapat menjadi suatu kegiatan pasif yang mematikan apabila orang tuanya
tidak mengarahkan apa-apa yang boleh dilihat oleh anak-anak mereka sekaligus
mengajar anak-anak itu untuk menonton secara kritis serta untuk belajar dari
apa-apa yang mereka tonton.[12]
Televisi juga
telah ikut mempengaruhi bahasa percakapan. Lihat saja bagaimana kata-kata dalam
tayangan iklan dan film diikuti anak-anak sekarang. Dalam konteks ini televisi
telah menjadi salah satu sentra pertumbuhan bangsa. Maraknya pertumbuhan
televisi swasta juga berdampak positif pada penguasaan teknologi tinggi. Ribuan
tenaga kerja professional diciptakan dan diserap dari dunia televisi. Kualitas
sumber daya manusia Indonesia meningkat, seiring dengan permintaan tenaga kerja
Internasional yang dituntut profesionalitasnya.
Dalam
setiap gerak kehidupan, tentu saja ada sisi positif dan sisi negatif. Karena
itu, dibalik sisi positif televisi pun mengandung sisi negatifnya. Hal itu
tidak bisa dipungkiri lagi. Namun, benarkah pengaruh sisi televisi sebesar yang
dikhawatirkan sejumlah pakar ? Ini yang masih perlu dibuktikan, sebab tanpa
bermaksud mengecilkan arti dan jumlah korban (perkosaan atau pembunuhan) yang
notabene manusia. Peristiwa itu merupakan pengaruh dari tayangan televisi.
Presentasenya sangat kecil dibanding dengan jumlah pemirsa yang setiap hari
menyaksikan televisi dan tetap baik-baik saja.
B. Pengertian Tayangan
Dalam Kamus Besar
Indonesia pengertian tayangan adalah sesuatu yang ditayangkan (dipertunjukkan)
/ pertunjukkan (film dsb), persembahan.[13]
Televisi saat
ini merupakan peralatan elektronik yang paling banyak dinikmati oleh anggota
keluarga di rumah. Hal ini dapat dimaklumi, sebab televisi menyajikan beragam
acara yang dapat menghibur bagi siapa saja. Bahkan beragam acara yang disajikan
televisi sering sekali diperbincangkan tidak hanya ketika berada di depan
televisi, melainkan di tempat lain yang jauh dari siaran televisi. Contoh, di
kantor, di sekolah dll.
Di Indonesia
tidak ada satupun media masa yang dikuasai pemerintah, meski demikian mengingat
siaran mempunyai pengaruh yang cukup besar. Arah dan tujuan siaran harus
sejalan dengan Undang-undang Siaran Republik Indonesia No. 32 Tahun 2002.
Dalam
Undang-Undang Siaran Republik Indonesia
No. 24 Tahun 1997 Pasal 4 bahwa :
Penyiaran
bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap mental masyarakat Indonesia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memperkukuh persatuan dan
kesatuan bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan membangun masyarakat adil
dan makmur.[14]
Sistem
Penyiaran Nasional berdasarkan ketentuan penyelenggaraan penyiaran nasional
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku menuju
tercapainya asas, tujuan, fungsi dan arah penyiaran nasional sebagai upaya
untuk mewujudkan cita-cita nasional sebagaimana tercantum dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam
Undang-Undang Penyiaran Republik Indonesia No. 24 Tahun 1997 Pasal 6 penyiaran
diarahkan untuk :
a.
Meningkatkan
kualitas sumber daya manusia
b.
Menyalurkan
pendapat umum yang konstruktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara serta meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pembangunan
c.
Meningkatkan
ketahanan budaya bangsa
d.
Meningkatkan
kemampuan perekonomian nasional untuk mewujudkan pemerataan dan memperkuat daya
saing
e.
Meningkatkan
kesadaran hukum dan disiplin nasional
f. Meningkatkan stabilitas nasional yang mantap dan
dinamis.[15]
Penyiaran
sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi,
pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. Dalam menjalankan
fungsi sebagaimana dimaksud, penyiaran juga mempunyai fungsi ekonomi dan
kebudayaan. Penyiaran diselenggarakan dalam satu sistem penyiaran nasional.
Untuk menyelenggarakan penyiaran, dibentuk sebuah komisi penyiaran. Dalam
sistem penyiaran nasional terdapat lembaga penyiaran dan pola jaringan yang
adil dan terpadu.
Sejauh ini
boleh dikatakan keberadaan penyiaran televisi di Indonesia berlangsung alami.
Acuan aturannya adalah kepentingn nasional. Dengan dasar idealisme seperti ini,
televisi tidak dikembangkan ke arah bisnis semata. Sebagaimana kecenderungan
yang semakin kuat. Untuk itu perlu ditumbuhkan berbagai ketentuan yang perlu
ditaati dan dihormati, baik melalui kode etik penyiaran maupun pengaturan
perundang-undangan yang memuat kewajiban hak dan sanksi.
Penyiaran
sebaiknya memberikan manfaat bagi penggunanya. Dalam menyiarkan suatu berita diharapkan
sesuai kenyataannya. Karena dalam agama Islam kita dilarang menyiarkan atau
membawa berita bohong. Karena berita bohong itu membawa azab yang besar. Hal
ini sesuai firman Allah SWT dalam Q.S. An-Nur ayat 11 yang berbunyi :
¨bÎ) tûïÏ%©!$# râä!%y` Å7øùM}$$Î/ ×pt6óÁãã ö/ä3YÏiB 4 w çnqç7|¡øtrB #u° Nä3©9 ( ö@t/ uqèd ×öyz ö/ä3©9 4 Èe@ä3Ï9 <ÍöD$# Nåk÷]ÏiB $¨B |=|¡tFø.$# z`ÏB ÉOøOM}$# 4 Ï%©!$#ur 4¯<uqs? ¼çnuö9Ï. öNåk÷]ÏB ¼çms9 ë>#xtã ×LìÏàtã ÇÊÊÈ
Artinya
:“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan
kamu juga. janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan
ia adalah baik bagi kamu. tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat Balasan dari
dosa yang dikerjakannya. dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian
yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar”.[16]
C. Pengertian Televisi
Menurut Hadi
Karyanto, S.Pd dan Drs. Sigit Giri Purwana pengertian televisi adalah :
Televisi sebenarnya
merupakan sebuah alat penangkap siaran gambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision
yang artinya
berturut-turut jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak
atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan
penemuan roda, karena penemuan televisi mampu merubah peradapan dunia.[17]
Sedangkan
menurut Alimuddin Tuwu dalam sebuah karangannya pengertian televisi adalah :
Televisi adalah suatu
gambar yang diubah dalam bentuk suatu gelombang elektromagnetik yang
dipancarkan ke segala arah melalui antena pemancar, kemudian ditangkap oleh
antena penerima dan kemudian dihubungkan pada layar televisi, sehingga denyut
elektromagnetik diubah menjadi gambar yang seolah-olah sama seperti aslinya
ketika diambil gambarnya.[18]
Jadi
penulis menyimpulkan bahwa pengertin televisi merupakan salah satu media yang
digunakan untuk menerima berbagai informasi yang terbaik dibandingkan dengan
sarana informasi yang lain. Tentu betul tidaknya pendapat tersebut, kami rasa
bukanlah suatu masalah yang perlu dipermasalahkan. Yang pasti bahwa televisi
merupakan salah satu media atau sarana yang bagus dalam menyuguhkan berbagai
bentuk informasi yang ada. Sebab selain suara yang dihasilkan jernih, televisi
juga mampu menampilkan gambar-gambar dari informasi yang disampaikan.
Ilusi gerakan
dalam televisi dihasilkan melalui penampilan tiga puluh gambar-gambar fragmen
pada setiap detik. Melalui persistensi daya penglihatan dan kemampuan otak
menahan setiap gambar sampai seterusnya. Kita tidak menyadari, bahwa mata kita
secara nyata melihat rangkaian perubahan demikian cepat dari sejumlah besar
perbedaan gambar-gambar fragmen yang sangat kecil. Setiap gambar fragmen
terdiri atas dua ratus lima puluh ribu titik-titik gambar dengan kecemerlangan
yang bervariasi seperti melukis diatas layar.
Perkembangan media
televisi di Indonesia lahir mulai tahun 1961 pemerintah mulai memutuskan untuk
memasukkan proyek media massa televisi ke dalam proyek Asian Games, tentu saja
proyek media massa ini sebelumnya telah dilakukan penelitian yang mendalam tentang
kemanfaatannya.[19]
Televisi saat
ini merupakan peralatan elektronik yang paling banyak dinikmati oleh setiap
anggota keluarga di rumah. Hal ini dapat dimaklumi, sebab televisi menyajikan
beraneka ragam acara yang dapat menghibur bagi siapa saja. Bahkan beraneka
ragam acara yang disajikan dalam tayangan televisi sering kali diperbincangkan
tidak hanya ketika berada di depan televisi, melainkan di tempat lain yang jauh
dari siaran televisi. Contoh, di kantor, di sekolah dll.
Maraknya
pertumbuhan stasiun televisi swasta juga berdampak positif pada penguasaan
teknologi tinggi. Ribuan tenaga kerja profesional diciptakan dan diserap dunia
televisi. Kualitas sumber daya manusia Indonesia meningkat seiring dengan
permintaan tenaga kerja internasional yang dituntut profesionalitasnya.
Televisi
menyajikan berbagai macam tayangan yang berdasarkan realitas, rekaan, atau
ciptaan yang sama sekali baru. Televisi mengetengahkan berbagai siaran dalam
berbagai bentuk berita, pendidikan, hiburan dan iklan.[20]
Menurut pengamatan
saya, salah satu yang menonjol pada tayangan televisi khususnya film adalah
semuanya harus diselesaikan dengan senjata, padahal sebuah konflik tidak harus
diselesaikan dengan senjata dan darah, tidak pula harus melumpuhkan orang lain.
Hal-hal semacam itu sangat berbahaya pengaruhnya. Pengaruh besar dari televisi
terlihat terutama pada aspek budaya. Kalau kita tidak bersikap kritis, sepuluh
sampai dua puluh tahun mendatang generasi yang diharapkan oleh semua pihak
tidak akan terwujud. Kedaulatan sosial budaya adalah memang pertama kali akan
dirancang.
Perkembangan
teknologi pertelevisian saat ini sudah sedemikian pesat sehingga dampak
siarannya menyebabkan seolah-olah tidak ada lagi batas antara satu Negara
dengan Negara lainnya terlebih setelah digunakannya satelit untuk memancarkan
sinar televisi. Inilah yang disebut globalisasi di bidang informasi. Peristiwa
yang terjadi di daratan Eropa, Amerika atau Rusia pada saat yang sama dapat
pula diketahui di Negara-negara lain atau bahkan sebaliknya melalui bantuan
satelit yang mampu memultipancarkan siaran ke berbagai penjuru dunia tanpa ada
hambatan geografis yang berarti.
Salah satu
sebab minimnya tayangan televisi yang secara khusus ditujukan kepada anak-anak,
boleh jadi disebabkan para pengelola televisi tidak melihat anak-anak sebagai
pasar potensional dalam penjualan produk iklan. Akibatnya, tentu sudah bisa
ditebak. Karena kehadiran televisi swasta lebih banyak disadari oleh
“perhitungan bisnis” tayangan yang tidak memiliki pasar potensional dalam penjualan
iklan tidak bakal digarap oleh pengelola televisi. Pihak televisi juga tidak
mau tahu bahwa siarannya ternyata berdampak buruk terhadap anak-anak dan
remaja.
D. Dasar dan Tujuan
Televisi
Menurut
Undang-Undang Penyiaran (UU RI No. 24 Tahun 1997) Bab II, tentang dasar, asas,
tujuan, fungsi dan arah dalam pasal 2 yaitu :
Penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan asas manfaat, adil
dan merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika,
kemandirian, kebebasan dan tanggung jawab.[21]
Telah
dimaklumi bahwa hukum adalah aturan tentang tingkah laku manusia di dalam masyarakat tertentu termasuk
masyarakat pada umumnya. Juga telah ditetapkan dalam UUD 1945 bahwa Indonesia
adalah Negara berdasarkan hukum, tidak berdasarkan kepuasan belaka.
Konsekuensinya semua elemen masyarakat dalam tindakannya harus ada dasar
hukumnya, begitu pula dalam soal penyiaran televisi.
Menurut
Kepmenpen No. III / 1990 yang dimaksud dengan penyiaran televisi mancakup
keseluruhan kegiatan, baik perangkat lunak maupun perangkat kerasnya dalam
proses produksi dan penyiran acara televisi.[22]
Pasal 3 Kepmen / pen / II / 1990, setelah diubah
dengan kepmenpen No. 04 A / 92, menyatakan bahwa :
Penyiaran
televisi berfungsi sebagai sarana perjuangan pembangunan bangsa untuk
membudayakan Pancasila dan UUD 1945 dalam semua segi kehidupan masyarakat
melalui kegiatan-kegiatan siaran. Kegiatannya diantaranya:
1. Penerapan dan informasi serta pendidikan dan
hiburan.
2. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan nasional.
3. Menyaring
pengaruh buruk dari dalam dan luar negeri terhadap tata nilai kehidupan bangsa
yang bersifat kebhinekaan.
4. Memotivasi dan menyalurkan pendapat umum yang
konstruktif bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi
kelestarian persatuan dan kesatuan.
5. Menunjang peranan bangsa dalam hubungan pergaulan
Internasional sebagaimana tercantum dalam Pancasila dan UUD 1945.[23]
Undang-Undang
disusun berdasarkan pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
1. Penyiaran harus menjamin dan melindungi kebebasan
berinteraksi atau mengeluarkan pikiran secara lisan dan tertulis, termasuk
menjamin kebebasan berkreasi dengan bertumpu pada asas keadilan, demokrasi dan
supremasi hukum.
2. Penyiaran harus mencerminkan keadilan demokrasi
dengan menyeimbangkan antara hak dan kewajiban masyarakat ataupun pemerintah.
3. Lebih memberdayakan masyarakat untuk melakukan
kontrol sosial dan berpartisipasi dalam memajukan nasional.
Tujuan dari
televisi untuk menyampaikan berbagai pesan utuk kalangan masyarakat. Orang
dapat menyaksikan secara langsung suatu peristiwa dibelahan dunia lain berkat
siaran televisi. Dan televisi juga menyajikan berbagai program tayangan yang
berdasarkan realitas, hasil ciptaan, daya rekaan yang semuanya selalu baru.
Menurut Deddy
Mulyana dan Idi Subandy Ibrahim RUU siaran itu harus mencuat dalam beberapa
waktu lalu yang memang baru berupa surat keputusan. Artinya hanya lewat SK lah
badan penyiaran seperti TV dimunculkan atau digugurkan. Hubungan seperti ini
memang terasa sepihak. Misalnya, dengan cara semacam ini seseorang tidak tahu
apa hak dan kewajibannya. SK bisa digugurkan setiap saat.[24]
Tujuan dari
televisi yang lain adalah televisi menyajikan berbagai macam program tayangan
yang berdasarkan realitas daya cipta, rekaan dan kreasi yang selalu baru.
Televisi juga mengetengahkan berbagai siaran dalam bentuk berita, pendidikan,
hiburan dan iklan.
Kegunaan
positif dari kelahiran industri televisi di Indonesia itu antara lain sudut
informasi yang mengalir. Kalau sebelum era 90-an pemirsa hanya dapat menerima
informasi televisi dari stasiun TVRI, sekarang mereka telah dapat memilih
berbagai sajian informasi dari berbagai stasiun swasta. Keragaman informasi ini
juga ditambah dengan keragaman sudut pandang dan penyampaian yang memberi peluang
lebih besar pada masyarakat untuk memilih dan menilai informasi.
Sebaiknya
penyiaran televisi berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang
sehat dll. Akan tetapi televisi swasta sekarang ini banyak menyampaikan hiburan
semata. Ilmu pendidikan dan informasi dinomor duakan. Sehingga anak malas untuk
belajar, karena tontonan televisi yang beragam selalu menyuguhkan hiburan saja.
E. Macam-macam Gelombang
Televisi
Media televisi
di Indonesia saat ini sangatlah berkembang. Seiring dengan menjanjikannya
bisnis pertelevisian dan berkembangnya teknologi dalam memudahkan pembuatan
stasiun televisi, hal ini yang membuat
stasiun-stasiun televisi swasta di Indonesia menjamur dan berkembang pesat.
Tidak hanya televisi interlokal yang jangkauan siarnya luas tapi juga televisi
lokal yang ikut bersaing dalam industri media pertelevisian.
Adapun
gelombang televisi yang ada di Madiun yaitu:
Sakti TV,
Sakti TV merupakan salah satu televisi lokal yang menyajikan tayangan disekitar
kodya Madiun, dari mulai hiburan yang bersifat religi sampai hiburan yang
bersifat umum. Yang bersifat religi seperti adanya acara di sore hari sekitar
jam 17.00 WIB berupa program ustadz menjawab. Program religi seperti ini
biasanya berisi tentang tanya jawab mengenai keagamaan. Adapun yang bersifat
umum antara lain adalah program kartun yang berisi cerita-cerita yang bersifat
umum yang dapat dikonsumsi oleh semua golongan. Biasanya program ini ada di
pagi hari.[25]
Kemudian pada
jam-jam tertentu ada beberapa televisi swasta nasional yang menyajikan
program-program acara yang bersifat hampir sama dengan televisi lokal, adapun
diantaranya adalah:
1. Indosiar, sekitar jam 14.00 WIB televisi menyajikan
sebuah tayangan berita fokus. Berita ini bisa terbilang sebuah program acara
yang sangat penting dan bermanfaat, karena berisi berita-berita yang meliputi
kejadian-kejadian yang terjadi selama 24 jam. Program berita seperti ini sangat
membantu pengetahuan bagi anak-anak, orang tua dan kalangan umum.[26]
2. MNCTV, sekitar jam 15.00 WIB. Program acara yang
disajikan televisi ini dikhususkan untuk anak-anak. Karena berisi film kartun
yang di produksi dari Malaysia, dengan gaya bahasa yang lucu dan tingkah laku
yang unik. Hal ini menarik bagi minat anak untuk menonton film anak tersebut.[27]
F. Materi Media Televisi
Televisi
merupakan salah satu media terpenting dalam menyampaikan berbagai berita maupun
inspirasi, dan juga merupakan salah satu pesan yang penting bagi masyarakat.
Isi pesan materi siaran tersebut sebagai berikut.
Materi Siaran
Televisi sebetulnya sebagai pembawa pesan bersifat netral artinya dapat
berpengaruh positif dan negatif. Terjadinya pengaruh positif maupun negatif
terhadap khalayak penonton, khususnya anak-anak, bukan bersumber kepada
medianya melainkan bagaimana memanfaatkan media tersebut dengan demikian peran
orang tua sangat dominan terhadap adanya pengaruh positif maupun negatif
terhadap anak-anak itu.[28]
Materi Siaran
Televisi beraneka ragam kadang lebih banyak menampilkan informasi terbaru.
Namun dari banyaknya stasiun televisi yang ada, chanel ataupun saluran televisi
bisa menjadi pilihan pemirsanya. Jadi dapat kita simpulkan bahwa materi yang
kita inginkan tergantung dari keinginan kita dalam memilih saluran televisi
tersebut.
Berdasarkan
salah satu sumber yang ada, kadang media televisi menjadi sangat berguna dalam
menyampaikan materi. Perihal penggunaan materi televisi khususnya di sekolah
memang besar sekali manfaatnya seperti diungkapkan oleh Dr. Omar Hamalik
sebagai berikut:
1. Televisi bersifat langsung dan nyata.
2. Televisi memperluas tinjauan kelas.
3. Televisi dapat menciptakan kembali semua peristiwa
yang lalu.
4. Televisi dapat menunjukkan banyak hal dan segi.
5. Televisi menarik minat bukan saja bagi anak-anak
tetapi juga orang dewasa.
6. Televisi mampu memberi bantuan kepada guru.
7. Televisi mampu sumber-sumber yang ada di masyarakat
ke dalam kelas.
8. Masyarakat khirnya mengerti tentang sekolah secara
nyata.[29]
Oleh sebab itu
materi siaran televisi tergantung dari pemilihan chanel atau program acara dari
pemirsanya.
G. Fungsi Media Televisi
Melalui televisi
kita dapat melihat situasi dan kondisi diberbagai wilayah meskipun dengan jarak
yang sangat jauh. Beragam kegunaan atau fungsi dari televisi antara lain,
untuk melihat berita yang ada di negeri ini, untuk melihat keadaan di luar
negeri, untuk melihat hiburan, dan masih banyak lagi acara yang disuguhkan
dalam televisi.
Televisi sebagai media massa tidak
beroperasi tanpa misi, misinya yang sentral adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, rumusan para Founding
Fathers ketika memproklamasikan kemerdekaan.
Fungsi televisi secara universal adalah
mendivusikan informasi (to in form), mendidik (to educate),
menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence), yang
pada kenyataannya sudah dipenuhi oleh semua stasiun televisi, baik yang
dikelola pemerintah maupun swasta.[30]
Fungsi universal telah dilaksanakan oleh
stasiun televisi di Indonesia, akan tetapi fungsi khas televisi di Indonesia
belum menjadi kenyataan. Fungsi televisi di Indonesia pada satu sisi mendivusikan
informasi positif dalam rangka akselerasi pembangunan nasional. Disisi lain
berfungsi menangkal informasi negatif dari Negara asing yang dalam era
globalisasi komunikasi sekarang ini, melalui satelit komunikasi dan antenna
parabola mudah menerpa manusia-manusia Indonesia.
Fungsi pertama, yakni mendivusikan
informasi positif sudah dapat dikelola oleh para komunikator televisi kita
dengan kreatifitas yang tinggi. Akan tetapi, fungsi kedua yakni menangkal
informasi negatif serta budaya negatif yang dipancarkan oleh televisi asing
masih perlu dipertanyakan.
Menurut Undang-Undang Penyiaran (UU RI
No. 24 Tahun 1997) fungsi televisi diarahkan sebagai: Media informasi dan
penerangan, pendidikan, dan hiburan, yang memperkuat ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan.[31]
Fungsi televisi yang utama yakni
“mencerdaskan” masyarakat. Bukan pada acara hiburan semata yang kemudian
membuat seorang anak menjadi bermalas-malasan. Tayangan televisi sebaiknya
diseleksi terlebih dahulu sebelum dikonsumsi oleh penonton. Karena penonton
banyak dari kalangan anak-anak. Sehingga generasi bangsa khususnya anak-anak
Indonesia tidak konsumtif terhadap acara televisi.
Fungsi lain dari televisi, sebaiknya
dapat meningkatkan mutu siaran itu sendiri. Hal itu dapat dilakukan secara
berangsur-angsur dengan mengintroduksi perbaikan-perbaikan tanpa memerlukan
biaya dalam jumlah yang besar.
Fungsi atau guna televisi itu sendiri
tidak menutup kemungkinan bertentangan dengan hati kita. Contohnya, anak tanpa
disuruh dan dipaksa akan siap dalam melihat televisi. Sedangkan untuk belajar
mereka dipaksa saja tidak mau. Jadi kekuatan televisi diibaratkan “kotak ajaib”
yang sangat berpengaruh terhadap anak, sehingga kita sebagai orang tua harus
pandai dan selektif dalam memilihkan acara televisi.
Sejauh mana produk televisi dpat
mengandung maupun mempengaruhi nilai-nilai sosial, tentunya akan tetap selalu
menjadi bahan perbincangan yang tak ada habis-habisnya.[32]
Selain menarik dan berbagai macam acara
dapat ditampilkan dari televisi, seharusnya pengelola dari pihak televisi sadar
terhadap fungsi televisi yang sesungguhnya. Sehingga tayangannya akan
bermanfaat sebagaimana mestinya. Dan acara yang disiarkan tidak dikhawatirkan
lagi oleh orang tua terhadap perkembangan psikologi anaknya.
Bersamaan dengan berbagai fungsi yang
dapat dipetik dari televisi, perlu pula kita sadari akan sejumlah dampak yang
akan timbul bagi anak-anak. Diantaranya, anak kurang dapat membedakan khayalan
dengan kenyataan, waktu akan dihabiskan anak untuk menonton televisi saja.
H. Pengertian Prestasi
Prestasi
belajar adalah sebuah kalimat yang tediri dari dua kata yaitu “Prestasi” dan
“Belajar”. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh
karena itu sebelum membahas pengertian prestasi belajar maka kita harus
mengetahui apa yang dimaksud dengan prestasi dan belajar.
Prestasi
adalah hasil dari suatu kegiatan yang harus dikerjakan, diciptakan baik secara
individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama
seseorang tidak pernah melakukan sesuatu kegiatan. Pencapaian prestasi tidaklah
mudah, akan tetapi kita harus menghadapi berbagai rintangan dan hambatan hanya
dengan keuletan dan optimis dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya.
Berbagai
kegiatan dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan prestasi. Semuanya
tergantung dari profesi dan kesenangan dari masing-masing individu. Pada
prinsipnya setiap kegiatan harus digeluti secara optimal. Dari kegiatan
tertentu digeluti untuk mendapatkan prestasi, maka beberapa ahli berpendapat
tentang prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan. Sejalan dengan itu beberapa
ahli berpendapat tentang prestasi antara lain:
1. W.J.S. Poerwadarminta berpendapat bahwa prestasi
adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)[33]
2. Mas’ud Said Abdul Qahar, prestasi adalah apa yang
telah kita dapat ciptakan, hasil pekerjaan, hasil menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan keuletan
3. Nasrun Harahap dkk, prestasi adalah penilaian
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan
penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang
terdapat dalam kurikulum.
I.
Pengertian
Belajar
Belajar
merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap. Belajar
dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat seseorang. Orang tua wajib
mengjarkan anak-anaknya agar kelak ia dewasa ia mampu hidup mandiri dan mampu
mengembangkan dirinya.
Belajar
merupakan suatu proses yang kompleks. Tiap orang mempunyai ciri yang unik untuk
belajar. Hal itu terutama disebabkan oleh efisiensi mekanisme penerimaannya dan
kemampuan tanggapannya. Seorang pelajar yang normal akan dapat memperoleh
pengertian dengan cara mengolah rangsangan dari luar yang ditanggapi oleh
indranya, baik indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa maupun peraba.
Semakin baik tanggapan seseorang tentang suatu objek, orang, peristiwa atau
hubungan, semakin baik pula hal tersebut dapat dimengerti dan diingat.[34]
Menurut
pandangan B. F. Skinner dikutip oleh Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd :
Belajar adalah suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga
dipahami sebagai suatu perilaku pada saat belajar, maka responnya menjadi lebih
baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar, maka responnya menurun. Jadi belajar
ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon. Seorang
anak belajar sungguh-sungguh dengan demikian pada waktu ulangan siswa tersebut
dapat menjawab semua soal dengan benar. Atas hasil belajarnya yang baik itu dia
mendapat nilai yang baik, karena mendapatkan nilai yang baik ini, maka anak
akan belajar lebih giat lagi. Nilai tersebut dapat merupakan “operant
conditioning” atau penguatan (reinforcement).[35]
Kita
dianjurkan untuk belajar melalui banyak membaca, sebab membaca merupakan
kegiatan belajar yang paling pokok. Dengan membaca kita akan berpengetahuan
luas, mendapatkan informasi yang banyak dari berbagai sumber dan menjadi anak
yang pintar tentunya. Membaca merupakan komponen terpenting dalam belajar atau
mengajarkan suatu ilmu. Sebagaimana perintah pertama Allah SWT pada Nabi
Muhammad SAW adalah perintah untuk membaca. Hal tersebut sesuai dengan perintah
Allah SWT dalam Q.S. Al-‘Alaq ayat 4-5 :
Artinya
: “Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya”.[36]
J. Prestasi Belajar
1.
Pengertian
Prestasi Belajar
Prestasi
adalah bukti usaha yang dapat dicapai”.[37] Dalam
hal ini bukti usaha yang dicapai setelah melalui proses pengalaman belajar.
Prestasi atau
pencapaian peserta didik yang dilambangkan dengan nilai-nilai hasil belajar
pada dasarnya mencerminkan sampai sejauhmana tingkat keberhasilan yang telah
dicapai oleh peserta didik dalam pencapaian tujuan pendidikan yang telah
ditentukan bagi masing-masing mata pelajaran atau bidang studi.[38]
Dengan kata
lain prestasi merupakan hasil yang telah diperoleh sebagai akibat dari pengalaman
dalam proses belajar.
“Sedangkan
belajar pada manusia merupakan suatu proses psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, nilai-sikap, yang bersifat konstan/ menetap.”[39]
Perubahan-perubahan tersebut dapat
berupa sesuatu yang baru, yang segera nampak dalam perilaku nyata atau yang
masih tinggal tersembunyi, mungkin juga perubahan lainnya berupa penyempurnaan
terhadap hal yang sudah dipelajari.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh peserta didik selama
kegiatan pembelajaran berlangsung. Dan hasil tersebut bisa berupa perubahan
yang meliputi bidang pengetahuan pemahaman (kognitif), ketrampilan (psikomotorik),
dan nilai sikap (afektif) dalam waktu tertentu. Prestasi belajar ini dapat
dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian.
2.
Faktor
yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Aktivitas
belajar siswa tidak selamanya berlangsung wajar,
kadang-kadang lancar dan kadang-kadang tidak. Kadang-kadang cepat menangkap apa
yang dipelajari dan kadang-kadang terasa sulit untuk memahami. Dalam hal
semangat pun kadang-kadang tinggi dan kadang-kadang sulit untuk bisa
berkonsentrasi dalam belajar.
Setiap siswa memang tidak sama perbedaan
individual inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan
siswa sehingga menyebabkan dalam prestasi belajar.
Menurut Syah secara global faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
a.
Pendidikan agama Islam
sebagai sendi-sendi umat Islam tentunya tidak dapat dipisahkan dari Al-Qur’an
dan As-Sunnah sebagai landasan pokok dalam pengembangan pendidikan agama Islam
itu sendiri.
b.
Pendidikan merupakan
upaya manusia untuk memperluas cakrawala pengetahuannya dalam rangka membentuk
nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai upaya yang bukan saja membutuhkan manfaat
yang besar, pendidikan juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang
sering dirasakan belum memenuhi harapan. Hal itu disebabkan banyak lulusan
pendidikan formal yang belum dapat memenuhi kriteria tuntutan lapangan kerja
yang tersedia, apalagi menciptakan lapangan kerja baru sebagai presentase
penguasaan ilmu yang diperolehnya dari lembaga pendidikan. Kondisi seperti ini
merupakan gambaran rendahnya kualitas pendidikan kita.
c.
Pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.[40]
Dalam hal ini beberapa ahli mengungkapkan
tentang pendidikan agama Islam diantaranya:
Menurut Ahmad D Marimba, “Pendidikan Islam
adalah bimbingan jasmani engan rohani berdasarkan hukum agama Islam menuju
kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam”.[41]
Endang Saifuddin Anshari memberikan
pengertian pendidikan Islam sebagai proses bimbingan (pimpinan, tuntunan,
usulan) oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan,
kemauan, intuisi dan sebagainya), dan raga obyek didik dengan bahan-bahan
materi tertentu, pada jangka tertentu, dengan metode dan dengan alat
perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi
sesuai dengan ajaran Islam.[42]
Pendidikan agama hendaknya dapat
membentuk kepribadian anak sesuai dengan ajaran agama serta membina sikap, mental,
dan akhlak jauh lebih penting dari pada pandai menghafal dalil-dalil dan
hukum-hukum agama yang tidak diresapkan dan dihayatinya dalam hidup.
Dari beberapa definisi diatas dapat
dikemukakan bahwa segala bentuk pendidikan Islam diarahkan pada suatu upaya
peranan untuk membentuk dan mengembangkan manusia yang beriman, bertakwa, dan
juga berakhlak mulia demi terbentuknya kepribadian muslim yang sejati.
Dalam dunia pendidikan, yang disebut
pendidikan adalah orang tua, guru, dan pemimpin-pemimpin, masyarakat, atau
tegasnya orang-orang yang telah dewasa. Karena orang dewasa mempunyai
sifat-sifat tertentu yang lebih dari si terdidik.
Dalam istilah bimbingan ini, terkandung
pula unsur yang lain, yaitu menunjukkan bahwa usaha itu tidak sekali jadi.
Dengan kata lain bimbingan itu merupakan suatu proses, yaitu si terdidik
mengalami proses yang berjalan secara bersama-sama kearah kedewasaan jasmaniah
dan rohaniah.
Kalau kita memperhatikan perkembangan
jasmaniah anak, akan dapatlah kita melihat kenyataan, bahwa anak bayi yang
mula-mulanya demikian lemah dan menggantungkan seluruh kebutuhan-kebutuhan dan
memeliharanya kepada orang-orang sekitarnya (terutama pendidikan) setelah
mengalami masa-masa belasan tahun dan menjadi orang dewasa secara jasmaniah
kebutuhannya tidak usah seluruhnya lagi bergantung kepada orang lain.
Akan jelasnya bahwa dalam perkembangan
ini ada tendensi kearah berdiri sendiri. Tendensi ini tidak hanya dalam bidang
jasmaniah melainkan juga dalam bidang rohaniah.
Kalau mulanya yang baik dan yang buruk ditentukan oleh orang lain, anak-anak hanya
dapat menirukannya, maka akhirnya ia dapat memilih sendiri apa-apa yang baik
dan apa-apa yang buruk.
“Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan
rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian
utama menurut ukuran-ukuran Islam”.[43]
Dari pernyataan diatas bahwa yang
dimaksud kepribadian yang utama adalah “ kepribadian muslim, yaitu kepribadian
yang seluruh aspek-aspeknya yakin, baik tingkah laku luarnya, kegiatan-kegiatan
jiwanya, maupun hidupnya dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan
dan penyerahan diri kepadaNya”.[44]
Al-Qur’an adalah sumber nilai-nilai
Islam yang tidak dapat diragukan kebenarannya, sebagaimana firman Allah SWT
dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 2 yang berbunyi:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا
رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2)
Artinya:
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa”.[45]
Jelaslah apa yang dimaksud dengan
pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang disertai dengan niat dan
cara-cara tertentu untuk mencapai tujuan terbentuknya pribadi muslim sebagai
kholifah fil ardhi yang harus berbekal iman, takwa dan juga ilmu pengetahuan
(IMTAK) dan (IPTEK).
Demikian juga dari apa yang diuraikan
diatas dapat ditarik pengertian bahwa yang dimaksud dengan pendidikan agama
Islam adalah suatu usaha atau bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa yang
mempunyai ilmu pengetahuan (guru) dan menyampaikan ilmu pengetahuan tersebut
kepada anak didik secara sadar agar anak mandiri dan mampu menjalankan syariat
Islam.
K. Pengertian Pendidikan
Manusia
mempunyai keinginan luhur agar anak keturunannya menjadi “orang”. Orang di sini
merupakan kata kiasan yang artinya menjadi orang terhormat dan terpandang di kalangan
masyarakat. Orang tua mengharapkan agar anaknya melebihi orang tuanya dalam
segala hal. Karena itu sejak kecil si anak sudah diarahkan agar menjadi anak
yang pandai, berbudi luhur dan sholeh/ sholehah. Semuanya itu tidak lain
menunjukkan rasa tanggung jawab dan rasa cinta kasih orang tua kepada anaknya
demi menuju hari depannya yang lebih cerah.
Pengertian
pendidikan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 Butir 1 disebutkan bahwa:
Yang dimaksud
dengan pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peseta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[46]
Sedangkan
menurut Sugarda Poerbakawatja pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang
dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu
diartikan mampu memikul tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.[47]
L. Pengertian Pendidikan
Agama Islam
Menurut istilah Pendidikan adalah
Pengaruh, bantuan, atau tuntutan yang diberikan oleh orang yang
bertanggungjawab kepada anak didik.[48]
Untuk mengetahui pengertian Pendidikan
terlebih dahulu penulis mengemukakan beberapa pendapat tentang pengertian
Pendidikan Agama Islam yaitu :
1.
Menurut Drs. Ahmad D.
Marimba “Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan
hukum-hukum Agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran- ukuran Islam”.[49]
2.
Menurut Zakiyah
Daradjat yang dikutip oleh Abdul Majid, S.Ag, dkk mengemukakan bahwa :
“Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta
didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu
menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam
sebagai pandangan hidup” .[50]
3.
Menurut Undang-Undang
No. 2 Tahun 1989, yang dikutip oleh Aminuddin, Aliaras Wahid dan Moh Rofiq,
mengemukakan bahwa “Pendidikan Agama Islam adalah usaha untuk memperkuat iman
dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan ajaran Islam,
bersikap inklusif, rasional dan filosofis dalam rangka menghormati orang lain
dalam hubungan kerukunan dan kerjasama antar umat beragama dalam masyarakat
untuk mewujudkan persatuan Nasional”.[51]
4.
Menurut Drs. H.
Zuhairini, dkk.
“Pendidikan
Agama adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membentuk anak didik agar supaya mereka
hidup sesuai dengan ajaran islam”.[52]
Jelaslah bahwa proses kependidikan
merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang
berupa kemampuan - kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah
perubahan didalam kehidupan pribadinya sebagai mahluk individual dan sosial
serta dalam hubungannya dengan alam sekitar dimana ia hidup.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha
secara sadar dan bertanggung jawab untuk mengetahui perkembangan anak didik
untuk dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
Pendidikan Agama Islam merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari pendidikan nasional. Agama yang bersumber dari
Al-Qur’an dan Al-Hadist mengatur tata kehidupan manusia dengan sesama manusia,
manusia dalam hubungannya dengan Allah SWT, juga dengan lingkungannya.[53]
Dalam pelaksanaannya Pendidikan Agama
Islam diperlukan adanya suatu bimbingan dan contoh yang baik, agar pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam itu berhasil dengan baik sebagai mana dicontohkan oleh
Nabi Muhammad SAW, kepada masyarakat pada saat mengembangkan ajaran- ajaran
Islam. Hal itu didasarkan atas Firman Allah SWT yang terdapat dalam Q.S. Al-
Ahzab ayat 21:
لَقَدْ كَانَ
لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (21)
Artinya :“ Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rosulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan ( kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah”.[54]
Pendidikan Agama Islam, disamping
memberikan pengetahuan tentang ajaran Agama Islam juga membentuk kepribadian
yang sesuai dengan ajaran- ajaran Agama Islam.[55]
Secara termologis, Pendidikan merupakan proses
perbaikan, penguatan dan penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi
manusia. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai ikhtiar manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan yang ada dalam
masyarakat. Dan pada dasarnya pengertian pendidikan adalah usaha atau proses
perubahan dan perkembagan manusia menuju kearah yang lebih baik dan sempurna .[56]
Berdasarkan pengertian diatas, maka
Pendidikan merupakan pembentukan manusia kearah yang dicita-citakan. Pendidikan
juga mempunyai tugas pokok yaitu membentuk kepribadian Islam dalam diri manusia
selaku makhluk individual dan sosial. Disamping itu Pendidikan juga mempunyai
tugas lain yaitu menyerahkan kebudayaan kepada generasi berikutnya (generasi
muda), yang nantinya akan menumbuhkan adanya sifat selektif dan continous. Dan
akan menghasilkan perubahan dan perkembangan dalam generasi muda tersebut.
Oleh karena itu Pendidikan Agama dalam
lembaga pendidikan formal maupun informal merupakan urgensi bagi terwujudnya
manusia agamis yang mencakup unsur rasionalitik, humanistic, naturalistic, dan
spiritualistic.
Secara umum dapat dikatakan bahwa
Pendidikan Islam dapat memberi kan kemampuan seseorang untuk memimpin
kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai
dan mewarnai corak kepribadiannya.
Dengan kata lain manusia yang mendapat
Pendidikan Islam harus mampu hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan
sebagaimana diharapkan oleh Islam. Mengingat luasnya jangkauan yang harus
diselesaikan oleh Pendidikan Islam, maka Pendidikan Islam tetap terbuka
terhadap tuntutan kesejahteraan umat manusia, baik tuntutan di bidang Ilmu
Pengetahuan dan Tekhnologi maupun tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup rohani.
Kebutuhan itu semakin meluas sejalan dengan meluasnya tuntutan hidup manusia
itu sendiri. Oleh karena itu dilihat dari pengalamanya, Pendidikan Agama Islam
berwatak akomoditif terhadap tuntutan kemajuan zaman sesuai acuan norma-norma
kehidupan Islam.[57]
Dan perlu diketahui bahwa manusia hidup
itu harus berproses melalui adanya proses Pendidikan. Segala pengalaman
sepanjang hidupnya merupakan pengaruh yang memberikan Pendidikan baginya.
Berarti masalah Pendidikan mempunyai ruang lingkup yang luas, yang menyangkut
aspek hidup dan kehidupan manusia. Baik aspek sosial, politik, ekonomi,
kebutuhan, hukum, etika, agama, jiwa dan seterusnya. Kesemuanya itu tidak lepas
dari Pendidikan.[58]
Untuk menjamin bahwa Pendidikan itu
benar dan prosesnya efektif, maka dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan
landasan ilmiah sebagai asas normativ dan pedoman pelaksanaan pembinaan.[59]
”Islam adalah doktrin agama yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya melalui para Rosul. Dalam Islam
memuat sejumlah ajaran, yang tidak sebatas pada aspek ritual, tetapi juga
mencakup aspek peradaban dengan misi utamanya sebagai Rahmatan lil ‘alamin”.[60]
Apabila dalam pribadinya terdapat banyak
unsur pendidikan maka akan timbullah sikap, tindakan, serta kelakuan didalam
menghadapi persoalan kehidupan yang mereka hadapi, yaitu sesuai dengan
ajaran-ajaran agama Islam, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap sesama
teman, orang tua maupun orang yang lebih pandai, serta orang yang lebih lemah
dari dirinya.
Tujuan pendidikan merupakan hal yang
dominan dalam pendidikan. Menurut Breiter yang dikutip oleh Abdul Majid, S.ag
bahwa pendidikan adalah persoalan tujuan dan fokus. Mendidik anak berarti
bertindak dengan tujuan agar mempengaruhi perkembangan anak sebagai seseorang
secara utuh. Apa yang dapat anda lakukan bermacam-macam cara. Anda kemungkinan
dapat dengan cara mengajar dia, bermain dengannya, mengatur lingkungannya,
menyensor nonton televisi, atau dapat memberlakukan hukuman agar dia jauh dari
penjara.[61]
Pendidikan yang ditempuh anak dapat
bermacam-macam untuk mendapatkan ilmu Pengetahuan pendidikan secara menyeluruh
baik mengenai tempat, lingkungan maupun minat dari para siswa tersebut, dimana
hal tersebut sesuai dengan tempat tinggal serta lingkungannya yang berbeda,
dengan perbedaan lingkungan tersebut antara siswa yang satu dengan siswa yang
lainnya, sangatlah mempengaruhi aktifitas-aktifitas diantara Anak-Anak Di Desa
Bukur Rt. 13 Rw. 04 Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun.
Pada umumnya anak-anak akan dapat
mencapai sesuatu yang akan dicita-citakan harus dengan menempuh pendidikan.
Pendidikan sebagai sarana mutlak untuk ajang proses berfikir dan tingkah laku
secara baik dan benar. Sehingga apa yang selalu menjadi dambaan orang tua akan
menjadi kenyataan. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat menerima keterbatasan
pendidikan yang didapat hanya disekolah secara formal, maka seorang pendidik
harus mampu dan mempunyai wawasan secara realistis, dalam tingkatan taraf
berfikir serta tingkah laku anak. Merupakan suatu keharusan bagi setiap
pendidik yang bertanggung jawab, bahwa dalam menjalankan tugasnya dia harus
berbuat sesuai dengan keadaan si anak didik.
“Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
berusaha memahami sesama manusia, dengan tujuan untuk dapat memperlakukannya
dengan lebih tepat”.[62]
“Berdasarkan studi psikologi belajar yang baru serta sosiologi pendidikan, maka
masyarakat pendidikan menghendaki agar pengajaran memperhatikan minat,
kebutuhan dan kesiapan anak didik untuk belajar, serta dimaksudkan untuk
mencapai tujuan-tujuan sosial sekolah”.[63]
Dalam perkembangan agama pada masa anak-
anak, terjadi melalui pengalaman dalam hidupnya sejak kecil didalam keluarga,
disekolah, serta masyarakat di sekitarnya. Jika anak tidak dapat menempatkan
dirinya baik-baik dalam menjalankan kewajibannya maupun atas segala haknya,
dimana semakin banyak pengalaman yang bersifat agama sesuai dengan ajaran Islam
akan semakin banyak unsur keagamaan pada dirinya.
Setiap orang tua dan guru ingin membina
anak agar menjadi anak yang baik budi pekertinya, mempunyai kepribadian yang
kuat dan sikap mental yang sehat dan akhlak yang terpuji. Semuanya itu dapat
diusahakan melalui pendidikan, baik yang formal (sekolah) maupun yang informal
(dirumah) yang dipandu oleh oang tua atau wali. Setiap pengalaman yang dia
lalui baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun prilaku yang mereka terima
akan sangat menentukan sifat kepribadiannya.
Setiap siswa sebagai manusia yang
berakal sehat sebagai makhluk yang mulia akan selalu mengamati sesuatu, dan
hasil pengamatan tersebut diolah sehingga akan memperoleh pengetahuan. Dengan
ilmu pengetahuan tersebut manusia akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, dan
akan mempunyai kemampuan terhadap ilmu pengetahuan itu merasakan betapa
pentingnya bagaimana ilmu pengetahuan itu harus didapatnya sekalipun sudah menuntut
ilmu di bangku sekolah.
Siswa yang banyak belajar dan
mengamalkan ilmu yang telah didapat untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
dengan baik dan benar, maka siswa tersebut akan mendapatkan tempat yang lebih
mulia. Sebagaimana Firman Allah SWT yang terdapat dalam QS.Al- Mujaadilah ayat
11 :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ
فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ
دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (11)
Artinya :
“Hai
orang- orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu:” ”Berlapang- lapanglah
dalam majlis’’ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan : “berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang- orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan”.[64]
Pendidikan akan dirasakan berhasil, akan tercermin dalam akhlak/ budi pekerti
para siswa. Baik dikala mereka sedang memperoleh kenikmatan atau musibah . Orang yang banyak pengetahuan
tentang ilmu- ilmu agama akan mudah menentukan sikapnya atas segala
permasalahan, baik yang berkenaan dengan jasmani maupun rohani.
Dapat disimpulkan bahwa, Tugas pokok
pendidikan adalah memberikan pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan,
pengawasan, dan pengembangan potensi peserta didik agar terbentuk dan
berkembang daya kreativitas dan produktivitasnya tanpa mengabaikan potensi
dasarnya.[65]
M. Pengaruh
Tayangan Televisi terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Pada
Anak-anak di Desa Bukur Rt. 13 Rw. 04 Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Tahun 2014-2015
Televisi merupakan salah satu media
tercepat dalam menyampaikan informasi dan hiburan. Maka dari itu saat ini
televisi banyak digemari oleh semua kalangan,
karena tayangan didalamnya lebih banyak mengandung sesuatu yang ada di
sekeliling kita. Oleh sebab itu, hal inilah yang menjadikan televisi mampu
memberi pengaruh yang sangat besar pada semua kalangan terutama anak-anak dan
remaja.
Acara-acara televisi sebagian merupakan siaran kata,
sehingga keberhasilan atau kegagalan acara tersebut sepenuhnya tergantung dari
pada orang yang membawakan acara itu. Dengan demikian, dalam acara siaran
pendidikan, masalah guru atau siapapun yang akan membawakan acara, merupakan
hal yang sangat penting. Jika guru yang membawakan acara pendidikan benar-benar
baik, itu sudah merupakan jaminan akan keberhasilan acara yang disajikan kepada
anak-anak, demikian pula sebaliknya.[66]
Pengaruh negatif dari menonton televisi
sangat banyak jenisnya, baik dilihat dari segi akhlak dan perilaku, antara
lain:
1.
Mendorong anak menjadi
konsumtif
2.
Mengurangi semangat
belajar
3.
Merenggangkan hubungan
antar anggota keluarga
4.
Menonjolkan perilaku
imitatif
Maka dari itu, televisi sangat besar
pengaruhnya terhadap siswa pada saat ini. Karena mereka akan cenderung berbuat
nekat, brutal dan anarkis. Hal tersebut adalah pengaruh dari media televisi. Sungguh
ironis, remaja sebagai ujung tombak yang nantinya diharapkan menjadi agen
perubahan sosial mereka malah berbuat hal yang sebaliknya.
Pengaruh televisi itu sendiri tidak
menutup kemungkinan bertentangan dengan hati nurani kita. Contoh kecil saja,
anak tanpa disuruh dan dipaksa akan sangat siap melihat tayangan televisi.
Sedangkan untuk belajar saja mereka bahkan ada yang tidak mau. Jadi, kekuatan
televisi sangat berpengaruh terhadap anak sehingga orang tua harus selektif dan
pandai dalam memilih acara televisi agar anak tidak terpengaruh dari
tayangan-tayangan yang tidak semestinya mereka lihat.
N.
Cara Mengatasi Pengaruh
Tayangan Televisi terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Pada
Anak-anak Rt. 13 Rw. 04 Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun.
Cara mengatasi pengaruh media televisi
terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam ialah dimulai dari lingkungan
keluarga. Misalnya; orang tua
harus aktif memantau acara-acara televisi dan mengarahkan anak-anaknya, acara
mana yang tepat ditonton oleh anaknya. Sedangkan di sekolah
misalnya; guru-guru memberikan tugas tertentu kepada anak-anak untuk memantau
acara siaran televisi. Misalnya, Acara Cerdas Cermat, Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, Acara Pedesaan dan bahkan masalah komposisi warna. Setelah anak memberikan
laporan dari hasil pengamatan acara tersebut, dapat diteruskan dengan
mendiskusikan hasil pengamatannya.
Dengan demikian, anak-anak merasa ada
manfaat ilmu yang diambil ketika melihat tayangan atau acara yang
disaksikannya. Hal yang paling berperan besar dalam mengatasi pengaruh media
televisi terhadap prestasi belajar adalah orang tua. Bagaimana cara orang tua
memantau tayangan televisi yang layak dikonsumsi oleh anaknya, tentunya tidak
lepas dari empat fungsi pokok televisi yakni : memberi informasi, menjadi media
pendidikan, sarana hiburan bagi masyarakat dan kontrol sosial masyarakat.
Ke-empat fungsi pokok tersebut harus dikayuh dalam bingkai-bingkai norma yang
berlaku, baik norma hukum, norma agama, norma susila maupun norma kesopanan.
Karena disinilah letak pentingnya orang
tua dalam mendidik anak, karena jika televisi dikonsumsi dengan cara-cara yang
benar akan menghasilkan kegunaan atau fungsi yang baik bagi anak. Diantaranya
dapat memperluas wawasan atau membukakan cakrawala, dapat membantu memahami
dunia sekitar, memperkaya pengalaman hidup serta dapat menunjang pelajaran
sekolah terutama dalam bidang pengetahuan umum.
Adapun cara yang bisa dilakukan oleh
para orang tua untuk membendung pengaruh televisi adalah sebagai berikut:
1.
Beri batasan waktu
untuk menonton televisi. Kapan ia boleh dan kapan waktunya ia harus berhenti
menonton televisi. Untuk anak prasekolah, kondisi tersebut mungkin agak sulit
karena pada usia tersebut anak sudah mulai bisa membantah. Cobalah membuat
kesepakatan bersama mengenai batasan-batasannya. Misalnya jenis tayangan yang
ia inginkan dan lamanya waktu menonton. Untuk balita, tetapkan batasan
waktunya, yaitu cukup satu jam sehari. Sedangkan untuk usia prasekolah boleh
menonton televisi kurang dari dua jam sehari.
2.
Manfaatkan waktu yang
sedikit tersebut sekaligus sebagai sarana belajar anak. Duduklah bersama anak
dan diskusikan isi tayangan pilihannya. Siapkan kegiatan alternatif pengganti
agar anak tidak lagi merengek dan kembali menonton televisi.
3.
Tanamkan nilai-nilai
keluarga secara berulang agar anak mengerti apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan, sehingga anak lebih percaya diri menghadapi teman-temannya.
4.
Usahakan televisi hanya
menjadi bagian kecil dari keseimbangan hidup anak. Yang penting, anak-anak
perlu punya cukup waktu untuk bermain bersama teman-teman dan mainannya, untuk
membaca cerita dan istirahat, berjalan-jalan dan menikmati makan bersama
keluarga. Sebenarnya, umumnya anak-anak senang belajar dengan melakukan
berbagai hal, baik sendiri maupun bersama orang tuanya.
5.
Mengikutsertakan anak
dalam membuat batasan. Tetapkan apa, kapan dan seberapa banyak acara televisi
yang ditonton. Tujuannya, agar anak menjadikan kegiatan menonton televisi hanya
sebagai pilihan, bukan kebiasaan ia menonton televisi jika perlu saja. Hal ini
akan mengajarkan pada anak bahwa mereka harus memilih (acara yang paling
digemari), menghargai waktu dan pilihan.
Selain itu guru disekolah juga harus
memberikan banyak pengetahuan kepada murid tentang dampak positif dan negatif
yang ada dalam televisi.
O.
Evaluasi Pengaruh
Tayangan Televisi terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
Pengertian evaluasi adalah melakukan
penilaian (judgement) mengenai nilai (value), ide-ide, kreasi dan
metode. Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evaluation”.
Dalam buku Essentials of Educational Evaluation karangan edwind Wand dan
Gerald W. Brown dikatakan bahwa : Evaluation refer to the act or prosses to
determining the value of something (Wand an Brown, 19, hal 1). Jadi menurut
Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai daripada sesuatu.[67]
Evaluasi adalah tujuan pendidikan yang
paling tinggi, sebab melibatkan penggunaan pengetahuan, pengamatan, aplikasi,
analisis dan sintesis sebelum sampai pada penyelesaian evaluasi.
Pendidikan keluarga sebagai dasar
pembentukan prestasi belajar siswa. Peranan ayah dan ibu sangat menentukan bagi
faktor prestasi belajar anak. Mereka yang bertanggung jawab seluruh keluarga.
Merekalah yang menentuakn kondisi perkembangan anak, kemana keluarga itu akan
dibawa, warna apa yang diberikan kepada keluarga. Anak-anak sebelum dapat
bertanggung jawab sendiri, masih sangat menggantungkan orang tua.[68]
Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting, karakter dan akhlak siswa dipengaruhi
oleh lingkungannya, terutama dari orang tuanya. Setiap orang tua mempunyai
tanggung jawab untuk selalu mengawasi anaknya dan memperhatikan
perkembangannya. Oleh sebab itu hal-hal sekecil apapun harus bisa diantisipasi
oleh setiap orang tua mengenai dampak positif dan negatif yang akan
ditimbulkan.
Sebenarnya banyak dampak yang
diakibatkan oleh tontonan televisi. Beberapa hal yang perlu dilakukan orang
tua, yaitu :
1.
Memilih acara yang
sesuai dengan usia anak. Jangan biarkan aak-anak menonton acara yang tidak
sesuai dengan usianya, walaupun ada acara yang memang untuk anak-anak.
2.
Mendampingi anak
menonton televisi. Tujuannya adalah agar acara televisi yang mereka tonton
selalu terkontrol dan orang tua bisa memperhatikan acara yang layak atau yang
tidak untuk ditonton. Sehingga anak selalu dalam pengawasan orang tua.
3.
Manfaatkan waktu yang
sedikit tersebut sekaligus sarana belajar anak. Dududklah bersama anak dan
diskusikan isi tayangan pilihannya. Siapkan kegiatan alternatif pengganti agar
anak tidak lagi merengek dan kembali menonton televisi.
4.
Mengajak anak keluar
rumah untuk menikmati alam dan lingkungan, bersosialisasi dengan orang lain.
Sekali-kali refreshing untuk menghilangkan kejenuhan akibat seringnya nonton
televisi dengan acara yang bisa meracuni pikiran anak. Mengajak anak mengenal
lingkungan sekitar. Dengan itu, anak bisa belajar dari lingkungan dan
bersosialisasi dengan orang lain.
5.
Memperbanyak membaca
buku dan meletakkan buku ditempat yang mudah dijangkau anak-anak. Kegiatan ini
sangat positif bagi anak-anak, karena dengan membaca buku, mereka bisa
mendapatkan pengetahuan yang positif dan sangat bermanfaat untuk
perkembangannya. Anak menjadi cerdas dengan membaca buku daripada menonton
acara televisi yang tidak layak ditonton. Hal ini merupakan alternatif lain
yang membuat anak lupa dengan seringnya menonton televisi.
6.
Memperbanyak mendengar
radio, memutar kaset-kaset atau mendengarkan musik sebagai pengganti menonton
televisi. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena dengan mendengarkan radio,
anak akan terlatih kemampuan mendengar. Jika dibandingkan dengan menonton
televisi hanya merangsang anak untuk mengikuti alur cerita tanpa menganalisa
lebih lanjut yang dilihat dan didengar.
Evaluasi Pengaruh Tayangan Televisi
terhadap prestasi belajar siswa dari pernyataan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwasanya
tayangan televisi yang menyajikan berbagai acara, baik hiburan, informasi, pendidikan, bahkan acara yang bernuansa kekerasan, peranan Orang
tua dan guru sangat dibutuhkan untuk memberikan arahan dan nasehat terhadap hal
yang positif. Sebab, sifat seorang anak lebih cenderung meniru apa yang
disaksikan mereka secara langsung.
Maka, pengawasan orang tua dan guru sangat berperan penting
dalam tercapainya prestasi belajar anak.
[9] Tim Penyusun Kamus, Departemen dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi II, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, hal. 849
[11] Drs. Darwanto, S.S, Televisi sebagai Media
Pendidikan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005, hal 121
[17] Hadi Karyanto,
S.Pd dan Drs. Sigit Giri Purwana, Elektronik dirumah Kita, Bandung : PT
Indah Sejati, 2007, hal 10
[18] Alimuddin Tuwu, Televisi & Islam (Televisi
& Islam, Fatwa Ulama’ tentang Bahaya Menonton Televisi), Yogyakarta:
Citra Media, 2007, hal. 2
[19] Drs. Darwanto, S.S, Televisi sebagai Media Pendidikan,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hal 84
[20] Deddy Mulyana dan Idi Subandy Ibrahim, Bercinta
dengan Televisi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997, hal 11
[25] .program Sakti TV, Ustadz menjawab dan Teras7 malam,
Ditonton hari Minggu jam 08.00-09.00:
08/06/2014.
[28] Drs. Darwanto,
S.s, Televisi sebagai Media Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005, hal.121
[35] Prof. Dr. H.
Syaiful Sagala, M.Pd, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung ALFABETA, 2011, hal.14
[36] Departemen Agama
RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Semarang: CV Toha Putra, Q.S. Al-‘Alaq ayat
4-5 hal.479
[40]
Drs. Ahmad. D Marimba, Pengantar
Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1962 , hal: 19
[49] Ahmad D. Marimba,
Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : PT. Al- Ma’arif , 1962,
Hal.23
[50] Abdul Majid,
S.Ag, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset, 2006, hal 130
[51] Aminuddin,
Aliaras Wahid dan Moh Rofiq, Membangun Karakter dan Kepribadian melalui
Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006, hal 1
[52] Drs. H.
Zuhairini, dkk, Methodik Khusus Pendidikan Agama, Malang : Biro Ilmiah
IAIN Sunan Ampel, 1983, Hal. 27
[55] Erwin Yudi Prahara ,
M.Ag , Materi Pendidikan Agama Islam , Ponorogo : STAIN Po PRESS , 2009
, hal 23
[56] Dr. Moh . Roqib , M . Ag , Ilmu
Pendidikan Islam , Yogyakarta : PT. LkiS Printing Cemerlang , 2009 hal. 15
[62] Drs. Sumadi Suryabrata, BA.MA.Ph D. Psikologi Pendidikan, Jakarta:
UGM.Rajawali pers, 1990, Hal. 1
No comments:
Post a Comment